Rabu, 07 Oktober 2009

Lama....tidak kesini

Sudah lamaaa sekali saya tidak menulis di sini, bukan karena malas, tapi karena kebanyakan kesibukan mencari sesuap nasi bagi keluarga :)

Rencananya blog saya ini akan saya pindahkan ke alamat yang lebih sederhana, yaitu www.specialistgeneralist.com, yang alamatnya sudah saya booked untuk 3 tahun kedepan. Tapi rencana tinggal rencana, sulit sekali saya menemukan waktu untuk "ngoprek" dan tercengok lama-lama di depan komputer.

Tapi mudah-mudahan dalam waktu dekat proses pemindahan dapat segera terlaksana. Amien.

Kamis, 09 Juli 2009

Mengapa Saya Pilih JK

Pemilu 2009 telah usai, memang hasil akhir pilpres belum diumumkan, namun sepertinya tidak akan banyak mengubah kedudukan SBY-Boediono untuk melenggang ke istana. Jagoan saya, JK-Wiranto kalah telak, bahkan di daerah yang seharusnya mengapresiasi JK lebih baik, seperti NAD.

Tokoh-tokoh Golkar kebakaran jenggot, karena baru kali pertama kali sejak partai ini berdiri (dulu awalnya Sekber), benar-benar berada 'diluar' garis pemerintahan. Sebuah posisi yang cukup menyakitkan untuk orang-orang yang selama ini bergantung pada Pemerintah.

Lepas dari menang kalah, Pemilu kali ini seharusnya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua, minimal kita dapat melihat kekurangan apa saja yang terjadi saat ini, agar tidak terulang dimasa mendatang.

Banyak teman, bahkan mertua saya sendiri heran mengapa saya memilih JK. Alasannya mudah dan mungkin terlalu naif bagi orang-orang, apalagi hasil pemilu sudah hampir pasti diketahui. Menurut saya, JK adalah tokoh yang lugas, cepat mengambil keputusan, berani mengambil resiko, namun berani 'pasang badan' apabila dia salah. JK juga pemimpin yang membumi, sehingga dibalik semua tindak tanduk dan tingkah laku beliau, tidak menyimpan cerita-cerita atau mitos. Bahasa tubuhnya sangat alamiah dan jujur. Latar belakang keluarganyapun jelas, dan yang pasti beliau religius walaupun tetap moderat dalam bersikap.

Kalau ada kelebihan tentu ada kekurangan. Sikap dan cara bicara JK yang ceplas-ceplos dengan nada tinggi untuk sebagian besar masyarakat di Indonesia, utamanya di jawa, memang sangat tidak simpatik. Berbeda dengan SBY yang sering mengangguk dan menggunakan nada rendah dalam berbicara, JK sering mengangkat dagunya apabila sedang berbicara. Semantiknya juga tidak terlalu baik, terlalu biasa untuk ukuran pemimpin pemerintahan, istilah bahasa asingnya sering tidak terucapkan secara sempurna.

Namun diluar itu semua,yang pasti saya memilih JK, karena program kerjanya lebih konkret, make sense dan membumi. Mengubah Indonesia secara drastis seperti dicetuskan pasangan Mega-Pro sangat beresiko, terutama golongan menengah seperti saya. Program kerja SBY terlalu diawang-awang, implementasinya sering lain jauh panggang dari api.

Namun begitulah, Indonesia terlah memilih, kecil kemungkinan seorang JK masih dapat mengikuti pilpres tahun 2014, semoga ditahun itu saya masih diberi umur, saya ingin Indonesia memiliki pemimpin yang merupakan gabungan antara segagah dan sewibawa SBY, sesimpel dan serasional JK, tapi harus se-concern terhadap rakyat kecil seperti Megawati.

Senin, 15 Juni 2009

Ketika Golput Menjadi Hak


Pak Fadjroel Rachman (FR), teman saya di fisbuk, seorang aktivis yang sempat mencalonkan diri sebagai presiden dari jalur independen, gencar sekali mengkampayekan golput pada pilpres 2009. Alasan detailnya saya tidak tahu, namun sepertinya karena beliau menganggap capres (dan cawapres) pada pilpres 2009 ini tidak ada satupun yang 'bersih' dari kasus HAM.

Sedikit berbeda dengan pak FR, teman baik saya, Haryo, juga seorang golput, saya menjulukinya golput sejati, karena sepengetahuan saya, beliau pada setiap pemilu selalu golput, bahkan pada pilpres tahun 2004 lalu, golput-nya Haryo ini 'menulari' saya. Keputusan golput saya saat itu (2004) akhirnya menjadi sesuatu yang saya sesali saat ini.

Pemilu legislatif 2009 lalu, menurut para pengamat, adalah pemilu terburuk dalam sejarah negeri ini. Banyak hal yang seharusnya tidak terjadi, misal dari dugaan 'keperpihakan' KPU terhadap salah satu kontestan, tabulasi nasional yang amburadul, dan lia-lain, sampai 'penghilangan' hak pilih jutaan pemilih karena kisruhnya daftar pemilih tetap (DPT) di banyak daerah.

Urusan DPT memang sangat ajaib, kebetulan saya mengalaminya sendiri. Namun saya hanya dapat berpikir, jika saya yang tinggal di Jakarta saja, yang merupakan ibukota negara, mengalami hal seperti ini, bagaimana pemilih yang tinggal jauh di pelosok sana?. Tidak tercantumnya nama kita dalam DPT, menghadirkan perasaan yang tidak karuan, karena hak kita untuk memilih seolah dirampas paksa, dan yang lebih menyedihkan dari tidak adanya hak pilih kita adalah perasaan tersisih, seperti bukan apa-apa, karena berarti negara tidak menganggap keberadaan kita, sebagai warga negara.

Oleh karena itu tidak mengherankan apabila jutaan orang yang 'kehilangan hak pilih' melakukan segala upaya untuk memperjuangkan memulihkan kembali hak pilihnya dalam pemilu, sebuah ironi apabila disisi lain, orang-orang seperti pak FR dan teman saya, Haryo, justru memilih untuk 'menghilangkan' hak pilih yang dimilikinya.

Ya...itulah demokrasi, suka tidak suka, mau tidak mau, kita sudah masuk ke dalamnya.

Kamis, 04 Juni 2009

Perpanjang STNK hanya 25 menit… betul ini di Indonesia !!


Ha..ha... ini memang bukan cerita baru, tapi karena baru kali ini saya mengalaminya sendiri, jadi ini menjadi luar biasa.

pagi tadi (04/06/09) saya bermaksud untuk memperpanjang STNK. Sebelum-sebelumnya selalu ada orang dari Auto2000 membantu saya untuk memperpanjang STNK kendaraan saya. Tapi kali ini saya ingin membuktikan sendiri cerita teman-teman saya yang mengatakan memperpanjang STNK saat ini jauh lebih baik dan yang paling penting jauh lebih cepat.

Sebelum berangkat, saya mengecek keberadaan Samsat keliling dengan menanyakannya pada TMC (Traffic Management Center) di 021-5276001, agak lama sih tidak diangkat-angkat, tapi jawaban yang diberikan cukup jelas. Setiap hari kerja dari pukul 08.00 - 13.30, POLDA Metro menyebar Samsat keliling ini di 5 (lima) wilayah DKI, jangan lupa menanyakan Samsat untuk SIM atau STNK, karena ada kalanya keduanya terpisah.

Begitu datang, ambil formulir dengan memperlihatkan BPKB Kendaraan, KTP dan STNK asli. Isi formulirnya, oh iya, sebaiknya kita bawa pena sendiri, atau kalau otak bisnis anda jalan, rasanya jualan pena di lokasi Samsat keliling sepertinya bakal cukup laku :)

Setelah mengisi formulir, serahkan kembali formulir kepada petugas, dengan menyertakan KTP, STNK asli dan copy dari BPKB, KTP dan STNK. Tunggu sebentar, nama kita dipanggil untuk mengambil invoice, bayar invoice di kasir, menunggu lagi kurang lebih 10 menit untuk dipanggil mengambil STNK baru. Begitu mudah dan cepat. Total waktu dari isi formulir sampai dengan terima STNK baru, hanya 25 menit!!!. Tanpa calo tanpa biaya tambahan.

Rasanya cara seperti ini harus segera dicontoh oleh PEMDA, terutama dalam pengurusan perpanjangan KTP.

Hidup Samsat !!!!

Jumat, 29 Mei 2009

Editorial Media Indonesia di MetroTV: Obrolan Warung Kopi Orang Pake Jas


Pernahkah anda menyaksikan atau bahkan ikutan dalam sebuah acara di Metro TV yang bernama Editorial Media Indonesia? itu loh acara yang ditayangkan setiap pagi ini, membahas tema dari editorial sebuah harian yang memang satu group dengan Metro TV yaitu Harian Media Indonesia.

Acara ini dipandu oleh penyiar Metro TV dengan menghadirkan seorang 'narasumber' anggota redaksi Media Indonesia, yang keduanya berjas lengkap. Acara ini selalu ditayangkan secara live dan mengundang pemirsa untuk ikut serta secara interaktif dalam 'obrolan' baik hanya lewat sms maupun menelpon langsung.

'Obrolan' ketiga pihak ini sangat heboh, bahkan sering terjadi perdebatan diantara mereka (penyiar, penelpon - pemirsa- dan sang 'narasumber'), karena masing-masing mempertahankan pendapatnya, menurut pikiran dan logika masing-masing tentunya, dan karena mereka bukan pelaku ataupun terkait dengan topik yang sedang dibahas, sehingga perdebatan diantara mereka lebih tepat disebut debat kusir karena tidak pernah ada ujungnya. Obrolannya lebih mirip obrolan warung kopi bukan obrolan di sebuah TV nasional, apalagi masing-masing pihak merasa paling jago...

Usul aja, apa tidak sebaiknya acara ini diubah formatnya? jangan di studio tapi di sebuah warung kopi (bener-bener warung..bukan cafe), sehingga yang menjadi 'narasumber' maupun pembawa acrapun tidak perlu pake jas segala...namanya juga ngomong ngalor-ngidul, pantesnya ya di warung..mantabs

Selasa, 19 Mei 2009

Sertifikasi Perusahaan (Konstruksi) Ekonomi Biaya Tinggi?


Setelah sekian lama tidak terlibat dalam bidang konstruksi secara langsung, saya sangat terkejut dengan begitu berlikunya proses mendapatkan SIUJK (Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi) untuk perusahaan konstruksi yang baru dibuat oleh holding company tempat saya bekerja.

SIUJK nilainya setara dengan TDP pada perusahaan non-konstruksi, yang memungkinkan sebuah perusahaan konstruksi mengikuti tender baik proyek Pemerintah maupun swasta yang tentu saja disesuaikan dengan grade dari perusahaan. Sebelum mendapatkan SIUJK, perusahaan diwajibkan memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang dikeluarkan oleh asosiasi perusahaan (konstruksi) dimana perusahaan bergabung menjadi anggotanya.


Selain perusahaannya, penanggung jawab perusahaan diharuskan memiliki SKT (Sertifikat Ketrampilan Teknik) atau SKA (Sertifikat Keahlian). SKT/SKA ini sebelum ada LPJKN (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional), sering disebut sebagai SIPB (Surat Izin Perencana Bangunan) untuk konsultan. Proses sertifikasinya mirip dengan sertifikasi perusahaan, yaitu orang yang bersangkutan diwajibkan bergabung dengan salah satu asosiasi profesi sesuai dengan kebutuhan seperti menjadi perencana (konsultan), pelaksana (kontraktor) atau pengawas (manajemen konstruksi - MK). Setelah itu barulah dilakukan assesment sesuai dengan pengalaman, untuk nantinya dikatagorikan sebagai ahli muda, ahli madya atau ahli utama.

Demi kemajuan bangsa dan industri jasa konstruksi nasional, saya setuju dengan sertifikasi seperti ini, yang perlu kita cermati adalah jangan sampai biaya-biaya yang sudah dikeluarkan untuk sertifikasi (yang tidak dapat dikatakan murah ini), akhirnya akan menjadi beban dan menciptakan ekonomi biaya tinggi bagi perusahaan-perusahaan. Apalagi kemudian menjadi 'bancak-an' bagi oknum-oknum yang berwenang untuk mengeluarkan sertifikat tersebut.

Kamis, 14 Mei 2009

Rusunami: Sebuah Catatan Dari Perspektif Pengembang


Proyek Rusunami atau Rumah Susun Sederhana Milik merupakan bagian dari program 1000 menara yang telah dicanangkan oleh Pemerintah untuk ‘menarik’ kembali orang untuk kembali ke kota (back to city).

Program ini dicanangkan oleh Pemerintah dengan maksud agar penduduk kota Jakarta berpenghasilan menengah bawah yang selama ini sulit untuk memiliki rumah di dalam kota Jakarta agar dapat memiliki tempat tinggal layak di dalam kota. Tujuan akhir dari program ini setidaknya untuk mengurangi ‘penglaju’, yaitu orang-orang yang tinggal di daerah di sekitar Jakarta, namun setiap hari bekerja di Jakarta. Dengan mengurangi jumlah ‘penglaju’ berarti juga mengurangi kemacetan dan polusi serta pemborosan energi.

Proyek yang seharusnya menjadi proyek nasional, dan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah, ternyata dilaksanakan tanpa adanya koordinasi yang baik antara Pemerintah pusat dengan Pemda DKI. Masalah IMB yang seharusnya dapat diselesaikan oleh antar instansi, malah berlarut-larut yang pada akhirnya merugikan konsumen. Hingga saat ini ada 6 (enam) proyek rusunami disegel dan terancam dibongkar oleh Pemda DKI.

Harus diakui, Pemda DKI memang berwenang untuk menyegel bangunan yang dibangun tanpa IMB, namun karena rusunami adalah proyek nasional bahkan disponsori sendiri oleh Kementrian Perumahan Rakyat RI, dapat dikatakan bahwa tindakkan Pemda DKI ini sedikit berlebihan.

Masalah lain selain perizinan adalah penetapan harga jual unit rusunami yang ditetapkan sebesar 144jt rupiah untuk luas unit minimum 36 m2 sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) No.22 Tahun 2006, padahal pengembanglah yang harus melakukan pembebasan lahan, pengolahan lahan, perizinan dan lainnya. Design rusunami yang dibangun lebih dari 5 lantai menyebabkan, rusunami secara struktur bangunan tidak berbeda dengan bangunan sejenis yang dibangun untuk perkantoran ataupun apartemen mewah yaitu pondasi tiang pancang dan sebagainya. Belum lagi utilitas yang diperlukan seperti elevator (lift) dan smoke/heat detector, sprinkler (pemadam api otomatis) dan juga hydrant pemadam kebakaran.

Idealnya, seperti halnya program rumah susun yang sudah ada sebelumnya, rusunami, dibangun pada lahan milik Pemerintah, termasuk design bangunan dan juga penyelesaian perizinan yang diperlukan seperti SIPPT dan IMB, sehingga harga jual maksimal 144jt rupiah untuk luas unit minimal 36m2 dapat tercapai tanpa mengurangi kualitas bangunan.

Terakhir, Pemerintah sebaiknya tidak menghapuskan PPN untuk rusunami, namun Pemerintah cukup mensubsidi PPN rusunami, karena dengan penghapusan PPN, berarti pengembang tidak dapat me-reimbust PPN yang telah mereka bayarkan untuk membeli material dan lain-lain.

Senin, 27 April 2009

2012, kiamat? Ndak percaya ah!


Jumat, 21 Desember 2012, itulah tanggal yang saat ini sedang ramai dibicarakan orang. Menurut orang yang percaya, itulah hari dimana dunia akan hancur, alias kiamat. Di Indonesia, kehebohan ini ditambahi dengan adanya pernyataan mama Lauren yang mengaku tidak dapat 'melihat' apapun setelah tahun 2012.

Sebagai orang muslim, saya tentu saja percaya pada adanya hari akhir atau kiamat, karena itu merupakan salah satu dari rukun iman, namun untuk mempercayai bahwa kiamat akan terjadi pada tanggal tersebut diatas, nanti dulu. Memang awalnya saya sempat penasaran dengan ramalan ini, karena belum pernah ada ramalan tentang kiamat yang sedemikian hebohnya dan 'mendapat sambutan' di seluruh dunia.

Kiamat tahun 2012 diperoleh dari hitungan kalender bangsa maya yang konon (sekali lagi konon) telah dengan tepat meramalkan adanya perang dunia 1 dan 2 dan berbagai macam ramalan lainnya. Kemudian ramalan bangsa maya ini di'perkuat' dengan adanya ramalan lain dari berbagai sumber, salah satunya adalah Nastrodamus.

Seakan tidak mau ketinggalan, para ahli ilmu pengetahuan juga ikut-ikutan untuk menakut-nakuti secara ilmiah, dengan mengatakan kiamat datang 'lebih cepat' karena adanya global warming, retaknya medan magnet yang melindungi bumi, dan sebagainya.

Karena ramalan ini berasal dari 'hitungan' bangsa maya, mari kita lihat bagaimana mereka (bangsa maya) menghitungnya. Bangsa Maya mempercayai bahwa waktu adalah penghubung antara dunia nyata dengan dunia gaib, dan dalam mitologi bangsa maya, dikenal dengan 'rumus 13 dan 20'. Rumus ini digunakan dalam sistem penanggalan mereka yang disebut Long Count, yaitu kalender perhitungan yang akan berakhir setelah 5.126 tahun.

Kalender bangsa Maya terdiri dari 5 digit, yang masing-masing digit mewakili angka 0-19. Hari pertama pada kalender ini adalah 0.0.0.0.1, hari ke-19 ditulis 0.0.0.0.19. Hari ke-20, penulisan dalam kalender ini adalah 0.0.0.1.0, dan semua akan berakhir (kiamat) setelah angka menunjukan 13.0.0.0.0. Apabila angka 0.0.0.0.0 ekuivalen dengan tanggal 11 agustus 3114 sebelum masehi, maka angka 13.0.0.0.0 akan terjadi pada tanggal yaitu tadi 21 Desember 2012.

Tidak ada satupun agama Tuhan yang menyebutkan kapan kiamat akan terjadi, baik Islam, Kristen, Katolik, bahkan Yahudi. Dalam Al-Quran juga tidak pernah disebutkan kapan terjadinya kiamat itu, tapi Al-Quran memberikan tanda-tandanya. Karena kiamat adalah hak 'prerogatif' Allah swt, bukan hasil hitungan-hitungan dari satu bangsa.

Jadi percayalah, kiamat tidak akan terjadi pada tanggal 21 desember 2012, karena kiamat dapat terjadi sebelum atau sesudah tanggal tersebut. Mengenai mama Lauren yang tidak dapat menerawang tahun 2013, ya karena mungkin mama Lauren memang tidak pernah 'sampai' ke tahun tersebut.

Rabu, 22 April 2009

Real Count KPU Abal-abal


Siapapun orang yang pernah melakukan kegiatan penelitian dengan menggunakan statistika, baik secara ilmiah maupun ‘kurang ilmiah’ atau minimal pernah melakukan kegiatan survei pasti akan makhfum apabila tabulasi Pemilu legislatif 2009 yang sedang dilakukan oleh KPU saat ini adalah sebuah lelucon belaka.

Seperti kita ketahui bersama bahwa KPU sebagai lembaga penyelenggara Pemilu melakukan real count yang disebut tabulasi nasional. Perhitungan real account sangat berbeda dengan quick count yang dilakukan oleh para lembaga survey untuk memprediksikan hasil Pemilu 2009, seperti yang telah dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI 1), Lingkaran Survei Indonesia (LSI 2), Lembaga Survei Nasional (LSN), Cirus Surveyor Group (CIRUS), LP3ES dan lain-lain.

Quick count atau sebelumnya dikenal dengan istilah Paralel Vote Tabulation, adalah cara perhitungan yang dilakukan dengan mengambil hasil dari beberapa TPS (responden) sebagai sampel, yang dipilih secara acak sedemikian rupa dan dianggap cukup untuk mewakili populasi, oleh karena itu dalam semua hasil quick count selalu disertakan nilai sampling error.


Tabulasi nasional atau real count tidak memiliki sampling error, karena memang hitungannya nyata satu per satu suara. Yang menjadi aneh sekaligus lucu adalah, spreading (penyebaran) suara real count yang bisa-bisanya kok mirip sekali dengan hasil quick count, padahal suara yang baru masuk sampai tulisan ini dibuat (21/04/09) baru 13.143.913 suara atau baru sekitar 7%dari total 171.265.442 dengan hasil sementara 1.Demokrat (20.645%), 2.Golkar (14.635%), 3.PDIP (14.087%), 4.PKS (8.153%), 5.PAN (6.242%), 6.PPP (5.244%), 7.PKB (5.16%), 8.Gerindra (4.30%), 9.Hanura (3.635%), 10.PBB (1.848%). Dari sini ada sinyalemen kuat, KPU telah melakukan 'manipulasi' perhitungan suara atau minimal 'merekayasa'nya sedemikian rupa sehingga progres perhitungan dimirip-miripkan dengan hasil akhir quick count (terutama untuk posisi 5 besar). Apabila hal ini benar, maka ini adalah jelas-jelas pelecehan terhadap ilmu pengetahuan.

R.A Kartini Pahlawan Nasional??


Apakah anda saat ini mempunyai ide atau pikiran atau curahan hati (curhat) mengenai apapun?, apabila ya, coba tuangkan hal tersebut kedalam bentuk tulisan atau surat, syukur-syukur anda memiliki teman-teman di lain belahan dunia sana, sehingga anda dapat mengirimkan curhatan anda tersebut kepadanya, kemudian mintalah mereka untuk menyimpannya, kalau perlu membukukannya, karena siapa tahu seratus tahun nanti dari sekarang, anda (yang kemungkinan besar pasti sudah meninggal) akan dianugerahi penghargaan sebagai Pahlawan Nasional, dan tanggal lahir anda akan dijadikan hari nasional.

Ini hanya sekedar satire terhadap apa yang telah dilakukan oleh R.A Kartini di masa lalu. Kartini yang dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 (meninggal 13 September 1904), dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno melalui Keppres No.108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964, sekaligus menetapkan tanggal 21 April sebagai hari Kartini.

Kartini, dianggap sebagai orang yang menjadi mempelopori emansipasi perempuan Indonesia. Semangat emansipasi ini setidaknya dapat dilihat dari surat-surat Kartini yang berisi curhatnya kepada para sahabat penanya di Belanda. Surat-surat tersebut kemudian disusun oleh JH Abendanon (salah satu sahabat penanya) menjadi sebuah buku yang pada tahun 1911 diterbitkan dengan judul Door Duistermis tox Licht (DDL). DDL kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu pada tahun 1922 oleh Armijn Pane dan diterbitkan oleh Balai Pustaka dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang (HGTT).

Yang menyedihkan, walaupun dianggap sebagai pelopor dan mengilhami gerakan emansipasi perempuan di Indonesia, ternyata kebanyakan perempuan Indonesia justru belum pernah membaca buku HGTT ini.

Sehingga pantaskah Kartini diberi penghargaan setinggi ini, dimana disamping dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional, hari lahir Kartini juga diperingati sebagai hari nasional. Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang disebut dengan pahlawan adalah ”Orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, pejuang yang gagah berani”. Apakah pahlawan untuk Kartini sesuai dengan definisi tersebut?

Saya yakin tanpa adanya Kartini pun, perempuan Indonesia ya..akan hebat-hebat juga seperti sekarang.

Rabu, 08 April 2009

Tahukah Anda?


1.Kemerdekaan RI, yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, baru diakui oleh Belanda pada tanggal 16 Agustus 2005, atau setelah 60 tahun kemudian!!!

2.Setelah merdeka tahun 1945, Indonesia telah 9 (sembilan) kali menyelenggarakan Pemilihan Umum (1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999 dan 2004), dan Pemilu 2009 merupakan Pemilu yang ke-10.

3.Aljazair, sebuah negara di Barat Laut Afrika, juga akan menyelenggarakan Pemilunya pada tanggal 9 April 2009.

4.Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia tahun 1955 diikuti oleh 172 kontestan (partai), Pemilu 1971 diikuti oleh 10 kontestan, Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997 dikuti oleh 3 kontestan, Pemilu 1999 diikuti oleh 48 kontestan, Pemilu 2004 diikuti oleh 24 kontestan dan Pemilu 2009 diikuti oleh 38 kontestan untuk tingkat nasional ditambah 6 partai politik lokal di Aceh.

5.Indonesia pernah berganti presiden sebanyak 5 (lima) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun, yaitu dari Soeharto ke Habibie (1998), Habibie ke Gus Dur (1999), Gus Dur ke Megawati (2001) dan Megawati ke SBY (2004) namun juga pernah tidak berganti presiden selama 31 tahun yaitu pada masa Soeharto (22 Februari 1967 – 21 Mei 1998).

6.BJ. Habibie dan Megawati Soekarnoputri, adalah Presiden yang pernah juga menjadi Wakil Presiden.

7.Banteng dan burung (garuda) adalah dua hewan yang paling sering digunakan oleh partai-partai politik peserta pemilu sebagai simbol partainya.

8.Hijau, merah, biru dan putih adalah warna (dominan) yang paling sering digunakan sebagai warna identitas partai-partai peserta Pemilu. Golkar adalah satu-satunya partai yang menggunakan warna (dominan) kuning sebagai identitas.

9.Istilah Golput (Golongan Putih – orang yang memilih untuk tidak memilih dalam Pemilu) muncul pertama kali pada tahun Pemilu 1971 oleh Arif Budiman dan kawan-kawan. Istilah Golput dimunculkan untuk menandingi Golkar (Golongan Karya) yang saat itu dianggap telah membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis.

10.Jumlah Golput pada Pemilu 1955 adalah 12.34%, Pemilu 1971 (6.67%), Pemilu 1977 (8.40%), Pemilu 1982 (9.61%), Pemilu 1987 (8.39%), Pemilu 1992 (9.05%), Pemilu 1997 (10.07%), Pemilu 1999 (10.40%), Pemilu 2004 legislatif (23.24%), Pilpres 2004 putaran 1 (23.47%) dan Pilpres 2004 putaran 2 (24.95%).

(dari berbagai sumber)

Senin, 06 April 2009

Skema Ponzi, Metode Piramida dan MLM


Uang, sejak pertama dikenal, memang selalu menjadi ‘masalah’, apalagi di jaman seperti sekarang. Namun, ungkapan “Segalanya butuh uang, tapi uang bukan segalanya”, mungkin sedikit dapat menyadarkan kita, bahwa uang bukanlah tujuan, uang hanyalah alat untuk mencapai tujuan.

Di zaman yang semakin materialistis seperti saat ini, dimana kesuksesan, status sosial dan kehormatan seseorang selalu diukur dengan banyaknya uang atau harta yang dimilikinya, membuat semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan banyak uang dengan cara mudah dan cepat. Cara apapun dilakukan termasuk usaha merugikan orang lain. Sifat tamak manusia tersebut kemudian ‘mengilhami’ terciptanya suatu ‘bidang usaha’, yang dapat 'mengakomodasi' sifat tamak manusia tersebut.

Charles K. Ponzi (1882-1949) adalah orang yang berhasil ‘memanfaatkan’ sifat tamak manusia dengan menciptakan ‘bidang usaha’ yang saat ini dikenal dengan sebutan skema Ponzi (Ponzi scheme). Pada tahun 1920, Ponzi menjual surat perjanjian (promissory notes) “Bayar 55 sen untuk setiap sen, hanya dalam waktu 45 hari”. Oleh Ponzi metode ini disebut Buble Burst. Inti dari 'bidang usaha' ini adalah membayarkan sebagian uang yang diperoleh dari beberapa investor baru kepada satu investor lama sebagai suatu keuntungan investasi, dengan menggunakan metode piramida. Dengan cara ini, Ponzi berhasil meraup 9,5 juta Dollar dari 10.000 investor dalam waktu singkat.


Cerita Ponzi ini adalah asal mula adanya usaha Money Game di dunia yang saat ini dilarang dan diharamkan di seluruh dunia. Namun karena sifat tamak manusia terhadap harta (uang) masih terus ada dan terus berkembang, maka 'bidang usaha' dengan menggunakan skema Ponzi pun tetap diminati dengan terus mengalami modifikasi. Seperti metode piramida dari skema Ponzi yang oleh pelaku usaha kemudian diadopsi menjadi usaha baru, yang kemudian dikenal dengan istilah Multi Level Marketing (MLM).

MLM adalah metode piramida yang dimodifikasi, menjadi 'lebih lunak', 'lebih merata' dan diberi 'aturan', untuk menjadi alat marketingnya. MLM dengan metode piramida seperti ini umumnya berkedok penjualan suatu produk (yang harganya jual berlipat-lipat kali dari barang sejenis di pasaran), padahal penjualan produk sebanyak apapun, tidak akan dapat membuat naik ‘peringkat’. Cara yang dapat dilakukan untuk menaikkan 'peringkat' dalam jeratan MLM hanyalah dengan merekrut ’anggota’ baru sebanyak-banyaknya. Hal ini karena, ada ciri yang tidak dapat ditinggalkan oleh ‘turunan’ skema Ponzi apapun itu, termasuk MLM, yaitu selalu mempergunakan uang ‘anggota baru’ untuk membayar ‘keuntungan’ ‘anggota lama’.

Seperti orang bijak berkata 'waktulah yang akan membuktikan', maka sesuai dengan ‘hukum alam’, semua usaha yang menggunakan skema ponzi sebagai alatnya, pada akhirnya nanti, akan mencapai titik jenuh. Sehingga tidak mengherankan apabila seseorang yang sudah menjadi ‘top level’ di sebuah MLM yang sudah lama berdiri, akan berpindah untuk bergabung dengan MLM yang baru yang muncul belakangan, untuk mencari ‘ladang baru’. Akan tetapi bagi yang berada di bagian paling bawah (terakhir) suatu metode piramida, jangan pernah berharap akan mendapat keuntungan, karena dipastikan 'orang terakhir' adalah yang menanggung kerugiannya. Seberapa hebat pun anda menjadi seorang pemasar.

Oleh karena itu, saya tidak pernah tertarik untuk terlibat atau bergabung dalam usaha dengan model metode piramida seperti ini.

Selasa, 31 Maret 2009

Sesuatu yang sudah terlambat ... (Curhat part 2 - habis)


Ada sesuatu hal tentang diri saya yang baru saya sadari baru-baru ini. Dan yang saya sesali adalah, mengapa hal ini baru saya sadari setelah saya selama 15 tahun menekuni sebuah bidang.

Hal yang menjadi pemicunya adalah liputan khusus di sebuah majalah berita mingguan yang saya menjadi ‘santapan’ saya setiap hari Senin. Pada edisi tersebut liputan khusus membahas mengenai peran seorang pahlawan nasional Indonesia, Sutan Syahrir. Bukan sosok seorang Sutan Syahrir yang ‘menyadarkan’ saya, tapi liputan itu secara keseluruhan. Sedemikian detailnya liputan tersebut, membuat saya seolah terbawa dalam 'perjalanan hidup' salah seorang nation founder, yang saat ini seakan-akan terlupakan. Ini mirip kisah Tan Malaka,yang pernah juga dimuat sebagai liputan khusus oleh majalah ini beberapa bulan sebelumnya.

Liputan khusus mengenai Sutan Syahrir tersebut telah membuka mata saya, bahwa apapun yang terjadi saat ini merupakan rangkaian dari kejadian masa lalu. Sejarah dapat direkayasa (oleh siapapun), namun bagaimanapun juga waktulah yang akan membuktikannya.

Ya, saya menyadari bahwa saya sangat menyukai sejarah. Walaupun pada saat masih dibangku sekolah dulu justru saya sama sekali menyukainya. Bagi saya selain tidak menarik, (pelajaran) sejarah, adalah membosankan, baik materinya sendiri maupun pengantarnya (guru). Dogma yang mendekam dalam benak saya adalah "Untuk apa belajar masa lalu, kita hidup dimasa kini untuk masa depan".

Saya baru menyadari bahwa kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dari sebuah kejadian dimasa lalu, dan yang lebih menakjubkan adalah, sejarah akan selalu berulang dan berulang. Waktu berjalan tidak linier yang lurus, maju ke depan, tapi waktu adalah sebuah osilasi. Kejadian masa mendatang adalah sebagai akibat kejadian sebelumnya, dan itu merupakan sebuah periode berulang. Cara inilah yang umumnya digunakan oleh para analis pasar modal untuk melakukan prediksi.

Walaupun sebuah periode berulang, saya tidak boleh menampikkan pendapat Nassim Nicholas Taleb, yang mengatakan dalam bukunya The Black Swan, tentang selalu adanya ‘sesuatu’, yang dapat membuat suatu kejadian sesungguhnya, justru menjadi bertentangan atau berbeda sama sekali dengan prediksi yang sebelumnya telah dibuat.

Seandainya waktu dapat diputar kembali ke masa lalu, saya ingin menekuni bidang sejarah saja. Tapi bila itu benar terjadi, yang pasti adalah, saya tidak akan pernah membuat tulisan ini.

Jumat, 27 Maret 2009

Lieur…(Curhat part One)


Ada kesibukan baru yang memburu saya minggu-minggu ini, tidak ada kaitannya sama sekali dengan pekerjaan saya saat ini, tapi terus terang, ini benar-benar menguras tenaga dan pikiran saya.

Kesibukan itu adalah mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah ditulis oleh pak HWW*) dari tahun 1997-2000-an, seorang ekonom terkenal tanah air yang sangat saya hormati, yang komentarnya terkadang terlalu ‘nyeleneh’ untuk ukuran ‘unggah-ungguh’ orang timur, sehingga banyak media dari dulu (apalagi sekarang) enggan memuat tulisan-tulisan beliau, walaupun sebenarnya banyak orang (termasuk ahli-ahli ekonomi sendiri), yang mengamini pendapat-pendapat beliau.

Ini semua berawal dari obrolan ‘ndak’ penting antara saya dengan beliau di suatu siang. Pada kesempatan itu saya sempat menanyakan, apakah beliau berniat untuk membukukan tulisan-tulisan beliau yang selama ini ‘berserakan’ dimana-mana (terutama tulisan-tulisan beliau yang beliau tulis berkaitan dengan krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998 lalu) menjadi sebuah buku. Waktu itu saya sampaikan kepada beliau, apabila tulisan-tulisan beliau waktu itu, masih relevan dengan krisis global yang saat ini sedang kita alami saat ini. Apabila misal tidak dapat menjadi solusipun ya minimal tulisan-tulisan beliau dapat digunakan untuk kontemplasi bagi pelaku dan praktisi seperti saya sendiri.

Awalnya beliau menanggapi dingin pertanyaan saya tersebut, karena menurut beliau, tidak akan ada pihak atau penerbit yang berani untuk menerbitkan tulisan-tulisannya. Tulisan-tulisan beliau seperti telah saya sampaikan sebelumnya, memang terlalu lugas (mungkin juga naif), sehingga beliau khawatir akan menyinggung banyak orang-orang (baca: pejabat atau mantan pejabat) yang tersebut dalam tulisan-tulisan tersebut.

Beberapa minggu kemudian, tanpa disangka-sangka, saya mendapat SMS dari beliau, yang intinya meminta saya untuk membantu mengumpulkan tulisan-tulisan beliau dari internet, karena sebagian besar tulisan-tulisan beliau yang ditulis antara tahun 1997-2005 hilang pada tahun 2005, pada saat beliau kehilangan notebooknya di Kairo, Mesir.

Beberapa minggu setelah SMS pertama itu, saya menerima SMS lagi dari beliau, isinya meminta kepada saya untuk 'membukukan' tulisan-tulisan beliau tersebut, paling lambat pada saat ulang tahun beliau bulan Juli mendatang. Saya sendiri sih santai membaca SMS ini, karena saya mengartikan kata ‘membukukan’ itu adalah membuat tulisan-tulisan tersebut menjadi sebuah buku, hal yang tidak terlalu banyak masalah untuk saya, karena itu berarti setelah saya mengumpulkan tulisan-tulisan, memilih-pilih, mengedit sedikit-sedikit, membuat kata pengantar & daftar isi, mencari photo dan gambar sebagai ilustrasi, mendesign layout & cover, membaca kembali dan merevisi sana sini sedikit, maka selesailah, kemudian cetak, terakhir menjilid.

Namun istri saya tercinta - yang selama ini selalu membantu saya secara moril - mempunyai persepsi lain terhadap kata ‘membukukan’. Menurutnya ‘membukukan’ itu artinya menerbitkan…” Halah pusing...lieur, terbayang dalam pikiran saya, saya harus menenteng-nenteng map berisi bendel tulisan-tulisan tersebut - seperti orang jaman dulu cari kerja - mendatangi kantor penerbit satu persatu, bicara ke editornya, kemudian…dst...dst terus demikian berulang-ulang, sampai saya menemukan penerbit yang berkenan (?)…wueh iya kalau ada yang akhirnya mau, kalau tidak ada yang mau, bagaimana?

Menerbitkan sendiri?, usul yang baik tapi jelas tidak mungkin saya lakukan. Keterbatasan sumber daya dan danalah yang menjadi kendala utama. pokoknya Lieur pisan…

*) pak HWW, maaf, sementara saya buat inisial saja :)

To be continued

Senin, 23 Maret 2009

Ada Apa Dengan Jombang (AADJ) ?


Jombang, sebuah kota kabupaten di bagian tengah propinsi Jawa Timur, sebelumya lebih dikenal sebagai kota santri. Hal ini karena disini banyak sekali ditemui pondok pesantren. Beberapa tokoh nasional dilahirkan di kota kecil ini, seperti mantan presiden KH Abdurrahman Wahit (Gus Dur), pahlawan nasional Alm. Wahid Hasyim, tokoh Islam Alm. Nurcholis Madjid (Cak Nur), adik Gus Dur Sholahuddin Wahid (Gus Sholah), Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, ketua KADIN MS Hidayat, budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dan juga Abu Bakar Ba’asyir.

Nama Jombang sendiri, konon berasal dari kata “Ijo” yang berarti hijau, dan “Abang” yang berarti merah. Hal ini sesuai dengan kebiasaan orang Indonesia pada umumnya yang menyukai symbol-simbol warna. Warna hijau merupakan symbol dari kaum santri, sedangan warna merah merupakan simbolisasi dari kaum abangan atau nasionalis. Jadi secara harfiah, Jombang merupakan tempat menyatunya kaum santri dan abangan.


Selain terkenal karena memiliki tokoh-tokoh yang disegani dan dihormati dibidangnya masing-masing, dari dulu, Jombang juga tidak pernah absen menjadi pusat perhatian nasional. Dari kisah pembunuhan sadis satu keluarga TNI oleh Sumiarsih, kisah Ryan ‘Sang Penjagal dari Jombang’ yang menghabisi dan memutilasi 11 orang korbannya, kemudian munculnya kasus video mesum siswa/i sekolah menengah atas, kasus guru SMP yang menghajar muridnya gara-gara masalah sepele, sampai kisah dukun cilik Ponari. Terkait Pemilu 2009, Jombang pun tak kalah, disinilah muncul spanduk “Gus Dur Dihianati” (maksudnya oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar) yang menghebohkan itu. Setelah ini ada apa lagi dari Jombang?

Apa sebenarnya yang membuat Jombang sedemikian ‘eksisnya’ sehingga seolah tidak ada habisnya dalam membuat berita? AADJ??

Rabu, 18 Maret 2009

Buat Apa Sembako Murah?


Sembako selalu menjadi topik paling sering disinggung-singgung dalam kampanye partai peserta Pemilu. Baik kampanye di Pemilu 2004 yang lalu, maupun pada Pemilu 2009 ini. Salah satu partai besar dalam Pemilu 2009 bahkan mendengung-dengungkan kalimat “Memperjuangkan Sembako Murah” sebagai salah satu program kerjanya.

Apa Sih Sembako Itu?
Orang sering menyebut kata sembako, yang merupakan akronim dari sembilan bahan pokok, namun lebih sering lagi, orang tidak tahu apa sebenarnya yang termasuk dalam sembako itu. Sembako menurut Keputusan Menteri Perdagangan No.115/MPP/Kep/2/1998, tanggal 27 Februari 1998 adalah, beras, gula pasir, minyak goreng (dan margarin), daging sapi (dan ayam), telur ayam, susu, jagung, minyak tanah dan garam beryodium.

Apabila mengacu kepada keputusan menteri tersebut, seharusnya sembako adalah akronim dari Sebelas mBahan Pokok he..he.. :)

Kembali ke topik. Jadi manakah yang dimaksud dengan sembako murah oleh partai besar tersebut? Seluruhnya atau hanya sebagian atau hanya salah satunya? Yang jelas saat ini hanya garam beryodium saja yang harganya murah.

Sembako Murah Bukan Jaminan
Harga sembako yang mahal absolutely menyengsarakan rakyat, tapi apakah harga sembako yang murah kemudian akan menyejahterakan rakyat? Jawabannya belum tentu. Ini bukan sebuah keniscayaan. Belum pernah ada teori apapun yang menyatakan, dengan semakin murahnya sembako maka kesejahteraan rakyat akan meningkat. Apakah di negara yang tingkat kesejahteraannya tinggi, harga sembako (baca: kebutuhan pokok)nya murah?

Apa artinya harga sembako murah tapi selalu ‘hilang’ dari pasaran?. Yang diperlukan bukanlah harga sembako murah, tapi harga sembako yang terjangkau (sesuai kemampuan tentunya) dan jaminan ketersediaannya di pasaran. Berapapun mahalnya (ini relatif juga) harga sembako bukan masalah, sepanjang selalu tersedia dan rakyat mampu untuk membelinya.

Buat apa sembako murah?

Rabu, 11 Maret 2009

Seandainya Supersemar bukan tanggal 11 Maret


Hari ini kita memperingati ‘hari jadi’ Orde Baru (Orba) yang dulu waktu jaman saya masih sekolah disebut hari Super Semar (Surat Perintah Sebelas Maret). Mengapa disebut ‘hari jadi’ Orba? Karena pada tanggal tersebut, tahun 1966, Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno, memberi instruksi kepada Letnan Jendral Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang sangat buruk pada saat itu. Inilah hari cikal bakalnya orba. Lepas dari kontroversi mengenai benar tidaknya alur sejarah pada saat itu, ada satu hal yang perlu kita cermati, yaitu akronim Supersemar sendiri.

Pak Harto memang paling jago dalam memberi nama, termasuk membuat akronim. Supersemar. Supersemar sendiri dapat diartikan Semar yang super. Semar adalah salah satu tokoh dari punakawan yang paling sakti. Jadi kira-kira dapat dimengerti khan mengapa pak Harto memberi nama demikian?

Tapi apakah pernah terbayang, kira-kira nama apa yang akan diberikan apabila nama surat perintah yang dikeluarkan oleh Soekarno itu, tidak dikeluarkan tanggal 11 Maret? Akronimnya seperti apa?. Berikut kemungkinan-kemungkinannya.

2 Januari – SuperDuri
Ini pasti peristiwa yang sangat menyakitkan, minimal ada yang tertusuk

3 Januari – SuperTiri
Pantasnya nama ini dialamatkan kepada Cinderella, sang Upik abu

1 Maret – SuperSamar
Pasti ini peristiwa yang sama sekali tidak jelas apa

7 Maret – SuperTuma
Super kutu...siapa mau?

Andaikan surat itu keluar dua hari lebih lambat...
9 Maret – SuperSeret

Atau sehari lebih lambat...
10 Maret – SuperLumer

3 Juli – SuperGali
Kalau yang ini tidak dapat dimengerti maksudnya apa

3 Agustus – SuperGagu
Kalau yang ini pantesnya buat orang sakit gigi...puasa ngomong

7 Juli – SuperTuli
Sangat jauh dari keren

8 Juli – SuperPanjul
Apalagi yang ini...

1 Agustus – SuperSagu
Pasti sagu ini rasanya paling eunaaaak

4 Oktober – SuperPatok
Ini pasti ada hubungannya dengan bapia, ayam atau minimal unggaslah

7 Desember – SuperJudes
Yang seperti ini cuma ada di sinetron

Jadi kalau peristiwa itu jatuh pada tanggal Sebelas Maret, ini suatu kebetulan atau memang disengaja? :)

Selasa, 10 Maret 2009

Kambing Jantan: Mengundang Senyum, Belum Tawa


Film Indonesia nampaknya sudah benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kejayaan film-film Indonesia yang sukses dibuat berdasarkan novel seperti pada tahun 70-an da 80-an, sepertinya mulai kembali saat ini. Setelah Ayat-ayat Cinta, Cinta Bertasbih dan lainnya, kini giliran “KambingJantan”. Film KambingJantan (KJ) bukan cerita fabel, walaupun disini ada kambing dan kerbau (kebo). KJ merupakan sebuah film yang diadaptasi dari salah satu blog terlaris di jagat maya tanah air, konon blog ini di kunjungi lebih dari 4000 kali setiap harinya, yang bernama sama (kambingjantan.com) dan juga sudah dibukukan, yang ditulis oleh Raditya Dika Nasution. Inilah film Indonesia pertama yang dibuat berdasarkan blog. Kesuksesan blog dan buku tersebutlah yang tentunya juga diinginkan dari film ini.

Film ini menceritakan pengalaman keseharian dari penulisnya, terutama hubungan cinta jarak jauh antara Dika (diperankan sendiri oleh penulisnya Raditya Dika) yang tidak tahu bagaimana asal muasalnya kemudian dipanggil teman-temannya dengan Kambing, dengan kekasihnya yang memiliki panggilan ‘sayang’ Kebo (Herfiza Novianti), yang terpaksa dilakukan, karena Dika ‘harus mengikuti’ kemauan ibunya untuk berkuliah finance di Adelaide, Australia selepas SMA. Romantika hubungan jarak jauh dengan pacarnya termasuk kehabisan uang saku akibat hubungan jarak jauh tersebut dan ketidaktertarikannya dalam mengikuti kuliah di Australia adalah inti cerita dari film ini.

Sebagai film dengan genre komedi, kelucuan dalam film ini dibangun melalui dialog-dialog lucu diantara para pemainya.lumayan cukup berhasil, walaupun terkadang kurang dapat diterima akal sehat, sepert kejadian ketika sang ayah (Pong Hardjatmo) yang membawa sang ibu untuk melahirkan di sebuah praktek dokter hewan (?), berlebihan apabila ini sampai benar-benar terjadi dalam dunia nyata (ingat, film ini berdasarkan kejadian nyata sang penulis). Dialog-dialog lucu antar pemain merupakan kekuatan film ini, jadi jangan harap ada komedi slapstick seperti yang biasanya dilakukan dalam film komedi Indonesia. Disamping sebagai kekuatan, dialog-dialog dalam film ini jugalah yang membuat film ini menjadi sedikit menjemukan.

Selebihnya, adegan-adegan dalam KJ merupakan potongan-potongan cerita yang masing-masing dapat berdiri sendiri. Adegan-agedan mengenai penjelasan istilah LDR (Long Distance Relationship) yang dibuat panjang lebar, menjadi tidak bermakna apa-apa, karena dalam adegan-adegan selanjutnya, istilah LDR sendiri bahkan tidak pernah disebut-sebut lagi. Ada beberapa adegan yang cukup menganggu, seperti adegan perkuliahan di dalam kelas yang mirip dengan kelas di sebuah play group, dimana para mahasiswa duduk mengelilingi sebuah meja besar, dengan satu orang dosen perempuan bergaya tentara yang mengajar finance dan juga robotic?, atau tidak ada penjelasan, mengapa Dika yang saat itu baru saja menerima pembayaran royalti bukunya yang menjadi best seller, tidak dapat memenuhi permintaan Kebo untuk pulang ke Indonesia sebagai kado ulang tahunnya, padahal di adegan sebelumnya, Dika yang saat itu sedang kesulitan keuangan yang berat di Australia karena orang tuanya hanya memberi uang untuk membayar kuliah dan apartemen saja, justru gampang sekali memutuskan untuk pulang menemui Kebo, hanya untuk menjelaskan kepada Kebo mengenai hubungannya dengan Ine (Sarah Shafitri),

Selain Dika, Kebo dan Ine, tokoh-tokoh lain dalam film ini hanyalah tempelan belaka. Hubungan yang unik antara Dika dengan adik-adiknya terutama Edgar, adik bungsunya (diperankan sendiri oleh Edgar), yang selama ini menjadi kekuatan KJ baik di blog maupun di bukunya, sama sekali tidak terakomodasi dalam film ini. Hal yang patut menjadi catatan dari film ini hanyalah penampilan Edric ‘Extravaganza’ Tjandra yang cukup meyakinkan sebagai Hariyanto, mahasiswa asal Kediri (Jawa Timur) yang menjadi teman dekat Dika di Adelaide.

Lepas dari berhasil atau tidaknya film ini menandingi kesuksesan blog dan bukunya, nampaknya film KJ akan segera membangkitkan sineas-sineas Indonesia lain mencari blog-blog untuk difilmkan, dan untuk itu, Rudi Soedjarwo, sebagai sutradara KJ, nampaknya telah menyiapkan ‘jembatan’ di akhir film, yang memungkinkan KJ dibuat sekuelnya dimasa mendatang. Terakhir, sebagai hiburan, KJ cukup layak untuk ditonton, walaupun sebagai film komedi, KJ baru pada taraf mengundang (banyak) senyum, belum tawa.

Kapan Kebodohan Ini Akan Berakhir?


Di saat harga minyak mentah dunia berkisar USD35 per barrel, tanggal 18 Februari 2009, Pemerintah melalui Menko Ekuin, mengaku telah kembali mensubsidi premium sebesar Rp.696 per liter mulai 17 Februari 2009 lalu
(http://www.detikfinance.com/read/2009/02/19/161748/1087513/4/premium-kembali-disubsidi-rp-696-per-liter). Alasannya yang dikemukakan adalah karena adanya kenaikan MOPS (Mid Oil Platts Singapore). Pemerintah menggunakan MOPS sebagai salah satu komponen untuk menghitung harga jual BBM kepada masyarakat. MOPS sendiri adalah penilaian produk untuk trading minyak yang dibuat oleh Platts (www.platts.com), anak perusahaan McGraw Hill, yang digunakan sebagai harga lelang di Singapura. Di dalam MOPS sendiri sudah termasuk harga produksi, margin keuntungan produsen dan pajak yang dikenakan kepada produsen. Pemerintah mulai menggunakan MOPS untuk menghitung harga jual premium ditandai dengan terbitnya Perpres No.55 Tahun 2005 hingga saat ini.

Sejak tahun 2006, setiap tahun Pemerintah melakukan tender terbuka pengadaan BBM bersubsidi (PSO = Public Service Obligation), dan sejak saat itu hingga sat ini, Pertamina selalu memenangkan tender tersebut. Pemenang tender PSO adalah penawar terendah dari nilai “alpha” dari formulasi Harga Jual = MOPS + “alpha” (%). Alpha sendiri adalah besaran yang mencakup biaya transpotasi, biaya tanki timbun dan retail fee di dalam negeri.

Jadi begitu MOPS naik, maka otomatis harga jual BBM bersubsidi (PKS - Premium, Kero/minyak tanah dan Solar - PKS) sebelum disubsidi akan ikut terkerek naik. Untuk mencegah gejolak harga naik pada PSO, maka, Pemerintahlah yang ‘menutup’ selisih harga antara harga penetapan dengan formulasi harga jual, inilah yang dimaksud dengan subsidi.

Mengapa MOPS?
Penilaian harga MOPS oleh Platts dilakukan untuk kepentingan perusahaan minyak maupun investor di bursa keuangan, yaitu antara lain long term contracts, spot sales, perencanaan ekonomi terhadap jenis minyak yang dimiliki perusahaan minyak, dan swap contract. Penilaian harga MOPS berdasarkan transaksi yang terjadi di sistem window Platts. Di mana seller dan buyer memasukkan volume untuk jenis minyak yang sesuai spesifikasi Platts dan harga bid/offer.

Penggunaan MOPS menimbulkan beberapa masalah. Pertama, dengan menggunakan MOPS, seolah-olah semua BBM diimpor dari Singapura, padahal kenyataannya sebagian besar BBM merupakan hasil pengolahan di kilang-kilang dalam negeri, yang tentunya memiliki struktur biaya yang lebih rendah. Kedua, untuk minyak tanah dan solar, walaupun biaya produksinya lebih rendah dibandingkan Premium, namun harga Internationalnya lebih tinggi, karena minyak tanah dan solar dikenakan pajak yang lebih besar. Ketiga, MOPS sangat tergantung pada pelaku pasar, akan selalu terjadi kenaikan harga apabila Pertamina berniat melakukan pembelian minyak untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, karena para supplier Pertamina yang akan sangat aktif dalam melakukan bidding untuk menaikkan harga transaksi. Patokan harga keekonomian BBM yang berdasarkan penilaian harga MOPS akan membuat ‘oknum’ tertentu bekerja sama untuk berperan aktif dalam menaikkan penilaian harga MOPS.

Transaksi minyak yang terjadi di sistem window Platts yang sangatlah kecil (transaksi yang terjadi di Platts hanya sekitar 5 transaksi per hari) menjadikan MOPS yang tidak liquid sehingga akan membuat pembentukan harga yang diinginkan oknum tertentu dapat saja terjadi. Bagi perusahaan minyak penilaian harga MOPS hanya dijadikan patokan harga saja. Kebanyakan perusahaan minyak melakukan transaksi over the counter. Transaksi-transaksi seperti ini tidak tercatat di sistem window Platts.

Metode Lain
Selain MOPS, ada lembaga lain yang melakukan penilaian harga untuk trading produk minyak, dengan metode yang berbeda, yaitu Argus Media (www.argusmediagroup.com). Berbeda dengan penilaian harga MOPS, yang didasarkan pada transaksi yang terjadi di sistem window Platts, dimana seller dan buyer memasukkan volume untuk jenis minyak yang sesuai spesifikasi Platts dan harga bid/offer, maka Argus Media menggunakan metode survei, testing, dan analisis untuk menentukan penilaian harga minyak. Sehingga kemungkinan adanya upaya spekulasi untuk menaikkan harga seperti pada MOPS akan lebih sulit terjadi pada metode ini. Namun kenyataannya Pemerintah/Pertamina lebih memilih menggunakan MOPS dibandingkan Argus Media.

Pengaruhnya Terhadap SPBU
Penggunaan MOPS sebagai pedoman penentuan harga BBM oleh Pemerintah, menyebabkan harga BBM menjadi berfluktuasi mengikuti harga pasar. Pada saat harga naik, Pemerintah akan berupaya untuk memberikan subsidi terhadap PSO, namun semikian Pemerintah juga memiliki batas toleransi berapa besar subsidi yang dapat diberikan, agar tidak terlalu membebani APBN. Namun kembali lagi bahwa BBM bukanlah semata-mata masalah ekonomi, lebih merupakan sebuah komoditas politis. Dan pertimbangan politis seperti kita tahu bersama jauh lebih dominan dibandingkan dengan pertimbangan teknis maupun ekonomis.

Kelangkaan Premium sebagai salah satu BBM bersubsidi baru-baru ini, merupakan salah satu dampak dari penggunaan MOPS ini. Pada saat harga turun, SPBU akan menahan diri untuk menjual BBM bersubsidi, atau bahkan menunda untuk membeli BBM bersubsidi. Hal ini karena dengan menggunakan formulasi Harga Jual = MOPS + "Alpha" (%), potensi kerugian SPBU lebih besar saat harga turun. Hal ini disebabkan oleh mekanisme pembelian BBM Pertamina oleh SPBU dilakukan secara tunai. Untuk mengurangi potensi kerugian, pada saat harga BBM turun, SPBU mengurangi DO (Delivery Order) ke Pertamina. Akhirnya masyarakat mengalami kelangkaan BBM. Upaya Pemerintah untuk mengatasi ‘kegundahan’ pengusaha SPBU ini adalah dengan menjanjikan untuk menanggung selisih harga yang telah dibayarkan SPBU kepada Pertamina, sebuah upaya yang tentunya relatif sulit untuk dipraktekan di lapangan.

Kembali Ke Cara Lama
Dalam rangka usaha mengatasi masalah kelangkaan Premium, pengamat energi Kurtubi, mengusulkan Pemerintah menggunakan kembali cara lama, yaitu menggunakan formulasi Harga Jual = Biaya pokok + Fee, yang sudah terbukti selama 40 tahun tidak pernah menimbulkan masalah dalam distribusi BBM bersubsidi.

Formulasi lama juga dapat membuat SPBU akan dipacu untuk menjual BBM sebanyak mungkin. Sebab mereka akan mendapatkan fee sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah. Pengubahan formulasi penghitungan dari MOPS ke metode lama dapat lakukan sesegera mungkin, karena untuk mengubah sistem tersebut tidak perlu melakukan amandemen UU Migas tahun 2003.

Kuncinya Adalah Pemerintah
Keengganan Pemerintah untuk memperbaiki masalah tata niaga BBM ini, menjadi indikasi kuatnya peran mafia migas di dalam Pemerintah. Walaupun begitu, menurut Iman Sugema, masih ada cara untuk menstabilkan harga BBM bersubsidi, yaitu dengan konsep keseimbangan fiskal. Melalui konsep ini keseimbangan fiskal (defisit atau surplus yang direncanakan) diupayakan tidak terganggu baik ketika harga minyak naik ataupun turun. Artinya setiap satu rupiah penambahan atau pengurangan subsidi harus dikompensasi dengan jumlah yang sama dari sisi penerimaan minyak. Contoh yang paling sederhana adalah kalau kita ingin menetapkan harga BBM sama dengan harga pokok pengadaan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengambil seluruh bagian PPN dan pajak bahan bakar untuk dialokasikan bagi subsidi.Tentu hal ini berarti pemerintah hanya mensubsidi pajak saja. Artinya, secara ekonomi pemerintah tidak memberikan subsidi sama sekali.

Jadi sampai kapan kebodohan ini akan berakhir?

Disclaimer. Penulis tidak di-endorse maupun meng-endorse organisasi masyarakat ataupun partai politik manapun. Tulisan ini semata-mata hanyalah opini pribadi.

Artikel ini ditulis pada tanggal 25 Februari 2009

Ada BUMN dibalik Kick Andy

Walaupun tidak terlalu sering menonton televisi, namun saya selalu menantikan kesempatan untuk dapat menyaksikan Kick Andy (KA) di Metro TV yang dipandu oleh Andy F. Noya. Acara ini layak untuk ditunggu-tunggu penayangannya karena menurut saya, acara ini agak berbeda dibandingkan acara-acara yang ada di stasiun-stasiun TV saat ini, walaupun ide acaranya tidak orisinal, karena mirip sekali dengan acara TV Oprah Winfrey (suka bagi-bagi hadiah kepada pemirsa di studio..ha..ha), namun setidaknya saya merasa terhibur tanpa merasa dibodohi ataupun digurui, dan yang lebih penting lagi, acara ini netral, tidak memihak, menginspirasi juga menambah wawasan dan sudut pandang saya mengenai banyak hal.


Sebagai tontonan bermutu, sepertinya juga pengelola KA tidak terlalu repot untuk mencari pemasang iklan (sponsor), apalagi acara ini ditayangkan pada jam jam utama (prime time) yang biasanya berjubel oleh iklan. Daya magis acara ini juga akhirnya ‘menarik’ dua perusahaan BUMN untuk turut serta menjadi sponsor (utama), hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan keduanya. Karena baik Pertamina maupun PLN tidak perlu melakukan promosi above the line seperti ini.

Untuk Pertamina yang (katanya) sedang mengubah citranya di masyarakat, below the line menurut saya adalah cara yang lebih tepat dan efektif, karena semua orang (Indonesia) sudah mengetahui produk-produk Pertamina, dan produk-produk tersebut bukanlah produk yang dibeli oleh konsumen secara impulsif. Citra adalah sesuatu yang abstrak yang tidak dapat diubah seketika tanpa bukti konkret. Alih-alih mengubah citra, konon kabarnya malah iklan Pertamina di KA pada episode 19 dan 26 Desember 2008, telah menjadi salah satu pemicu terjadinya ‘suksesi’ di BUMN tersebut. Ha..ha.. Allahualam.

Untuk PLN yang notabene perusahaan monopoli yang terus merugi dan masih disubsidi bahkan sampai dengan 40 Triliun per tahun (!!!), jelas memasang iklan di TV bahkan menjadi sponsor tayangan prime time sebagai hal yang absurb dan hanya menghambur-hamburkan uang saja. Biaya-biaya iklan tersebut sebaiknya digunakan untuk keperluan yang lebih bermanfaat bagi konsumen secara langsung, seperti meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk pengelola KA, mungkin juga ada baiknya mulai selektif memilih iklan. Mungkin dapat dimulai dengan mempertimbangkan kembali iklan-iklan yang kiranya dapat merugikan citra dan netralitas KA sendiri, seperti iklan caleg/capres/partai politik atau iklan rokok, atau iklan-iklan dari BUMN merugi yang jelas-jelas hanya membuang-buang uang rakyat saja.

Disclaimer. Penulis tidak di-endorse maupun meng-endorse organisasi masyarakat ataupun partai politik manapun. Tulisan ini semata-mata hanyalah opini pribadi.

Artikel ini ditulis pada tanggal 10 Februari 2009

Penjara Guantanamo ditutup? JANGAN KECELE !!

Baru tiga hari menjabat sebagai presiden AS, Barack Obama memerintahkan untuk menutup penjara Guantanamo (http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/01/090122_guantanamoclosure.shtml). Sebuah berita yang tentunya ‘menggembirakan’ bagi Obamania, dan juga orang-orang yang menaruh harapan besar kepada Obama, untuk melakukan perubahan di Amerika. Langkah awal perubahan sudah dikumandangkan…apa benar? Mari kita melihat lebih luas, maksudnya jangan terlalu sempit dan cepat menilai kebijakan Obama ini sebagai langkah baik.



Penjara Guantanamo adalah kompleks penjara militer di bawah Joint Task Force Guantanamo (JTF-GTMO) dan menempati sebagian dari pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Teluk Guantanamo, Kuba. Penjara ini digunakan oleh AS sebagai penjara bagi orang-orang yang dianggap oleh AS sebagai anggota Al-Qaeda dan atau Taliban, tanpa melalui pengadilan.

Guantanamo sendiri terletak di Kuba, salah satu negara yang anti-AS di Amerika Latin. Mengherankan? Bagaimana mungkin sebuah negara yang sangat anti-AS, tapi ‘membiarkan’ wilayahnya dipergunakan oleh AS? Jawabnya adalah sejarah. Sejarah inilah yang membuat pemimpin Kuba, Fidel Castro, tidak mampu untuk melawannya.

Kuba merupakan koloni Spanyol sebelum mendapatkan kemerdekaannya 20 Mei 1902, setelah berakhirnya perang Spanyol-AS pada tahun 1898. Namun kemerdekaan Kuba tersebut ‘dibatasi’ adanya Amandemen Platt, yang memberikan kewenangan yang besar kepada AS untuk ‘mengatur’ urusan-urusan Kuba, termasuk ‘memaksa’ Kuba menyewakan teluk Guantanamo kepada AS sebagai pangkalan militer sejak tahun 1903 sebesar USD 4.000 per tahun !!!. Pada tahun 1934, Amandemen Platt dicabut oleh Kuba, namun Kuba tidak kuasa untuk ‘mengusir’ AS dari sana karena AS selalu berdalih mereka (AS) menyewa secara sah dan dilindungi oleh hokum International. Namun Fidel Castro selalu berupaya terus untuk mengusir AS dari Guantanamo. Sejak tahun 2002, AS ‘mengubah’ pangkalan militer dengan 9500 serdadu ini, menjadi penjara militer, yang sangat keji, bahkan setanpun tak mampu membuat tempat penyiksaan sesadis dan sekeji ini (http://www.detiknews.com/read/2009/01/23/074924/1073155/10/guantanamo,-bahkan-setan-pun-tak-sanggup-membuatnya).

Jadi kalau tiba-tiba Obama, memerintahkan untuk menutup penjara Guantanamo, jangan senang dulu. Memang benar Guantanamo sebagai penjara militer akan ditutup, karena memang akan dikembalikan kepada Kuba. Sedangkan para tahanannya dan penjara militernya sendiri, akan dipindahkan ke tempat lain yang ‘lebih aman’, di ‘wilayah AS sendiri” seperti di Irak (Mosul) atau di Australia (Bradshaw – Northern Territory atau Yanpi Sound – Kimberley Coast).

Nah, pada kecele khan???

Disclaimer. Penulis tidak di-endorse maupun meng-endorse organisasi masyarakat ataupun partai politik manapun. Tulisan ini semata-mata hanyalah opini pribadi.

Artikel ini ditulis pada tanggal 27 Januari 2009

Jumat, 06 Maret 2009

Golput = Babi???


Siapa yang direpotkan oleh fatwa Golput itu haram oleh MUI? Yang pasti bukan hanya pelaku Golput saja, tapi juga (diantaranya) departemen agama dan guru agama Islam di sekolah-sekolah. Pelaku Golput jelas saja repot (walaupun banyak juga yang masa bodoh) karena berarti keputusan untuk tidak memberikan suara di Pemilu mendatang, akan menambah panjang daftar ‘dosa’nya di dunia.


Departemen agama repot karena harus segera memasukan Golput sebagai hal yang diharamkan kedalam buku-buku pelajaran agama (Islam). Guru-guru agama Islam (dan juga para orang tua), juga repot karena harus menjelaskan kepada murid-muridnya, mengapa Golput itu (sekarang) haram (dulu kok ndak?), apakah Golput sama dengan babi? Ada hubungan apa antara Golput dengan babi? Dan sebagainya .. ha..ha..

Pro dan kontra adalah hal yang biasa, akan tetapi, sebaiknya kita kaum muslim bersikap hati-hati dalam menentukan sikap dan pendapat. Kemuliaan dan keagungan hanya dapat diraih dengan tetap konsisten dengan Al-Quran dan sunnah.

Sabda Rasulullah saw,”Sebenar-benar pembicaraan adalah Kitabullah (Al-Quran), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw. Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan, dan setiap perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan; dan setiap kesesatan akan ditempatkan di dalam neraka.”[HR. Bukhari dan Muslim]

Disclaimer. Penulis tidak di-endorse maupun meng-endorse organisasi masyarakat atau partai politik manapun. Tulisan ini semata-mata hanyalah opini pribadi.

Artikel ini ditulis pada tanggal 27 Januari 2009

Sumpah Presiden AS diulang: Kalau itu terjadi di Indonesia??


Presiden AS Barack H. Obama terpaksa mengulang sumpah presiden-nya tanggal 21 Januari 2009 di Gedung Putih, karena pada upacara pelantikan tanggal 20 Januari 2009, ketua Mahkamah Agung (MA) AS, John Glover Roberts, Jr. yang bertindak sebagai pengambil sumpah, salah ucap. (http://www.detiknews.com/read/2009/01/22/083042/1072552/10/obama-disumpah-lagi).

Lepas dari kodratnya sebagai manusia yang tidak luput dari salah, sebenarnya ‘kesalahan’ John Glover Roberts, Jr, tidak dapat ditorelir, mengingat acara tersebut sangat penting dan menjadi perhatian hampir semua orang di muka dunia. Apalagi Roberts juga belum terlalu tua untuk dikategorikan pelupa.

John Glover Roberts, Jr. saat ini berumur 54 tahun, masih jauh jauh jauh lebih muda dibandingkan koleganya di Indonesia. Bagir Manan (ketua MA 2001-2008) berumur 60 tahun (kelahiran 6 Oktober 1961) pada saat terpilih pertama kali menjadi ketua MA. Ketua MA yang sekarang, Harifin A. Tumpa lebih uzur lagi, hampir 67 tahun (kelahiran 23 Februari 1942).

Dari sini kira-kira dapat dibayangkan, apabila ketua MA AS yang notabene masih terbilang muda saja bisa ‘terpeleset’ kata dalam pelantikan presiden, bagaimana dengan ketua MA kita, mungkin bukan ‘terpeleset’ lagi, tapi sudah ‘terjengkang’.

Tapi beruntung bagi ketua MA kita, karena sumpah presiden RI dilakukan dengan teks, (http://www.detiknews.com/read/2009/01/22/121050/1072688/10/beda-sumpah-presiden-as-dengan-presiden-ri), jadi ‘kesalahan’ yang sama seperti pelantikan presiden AS, sepertinya kecil kemungkinannya dapat terjadi di sini. Uihhh…legaaaaa dech

artikel ini ditulis pada tanggal 19 Januari 2009

Seandainya Sepeda Motor Tidak Pernah Diciptakan...


Seandainya Sepeda Motor Tidak Pernah Diciptakan, maka :
1. Pas berhenti lampu merah, ndak perlu khawatir mobil tergores karena pada nyender
2. Pas mau belok kiri cukup nyalain lampu sen, trus ngelirik spion (ndak perlu nengok belakang)
3. Tidak ada yang berani jalan melawan arus di jalan
4. Tidak ada yang muter di sembarangan tempat
5. Tidak perlu khawatir spion kita ketabrak tapi cuma bilang sori
6. Tidak perlu khawatir ada yang nyerobot traffic light
7. Tidak akan ada genk motor yang norak itu
8. Jembatan penyebrangan hanya untuk orang jalan kaki
9. Underpass ndak akan macet, terutama kalo hujan
10. Sophan Sopiaan tidak meninggal karena ‘kecelakaan’ di Sragen
11. Tidak ada konvoi ‘jaket kulit item’ di tol, yang bikin bete
12. Cuma ada SIM A dan SIM B
13. Jumlah kecelakaan lalu lintas bisa ditekan jadi 70% dari sekarang

Tapi kalau bener-bener Sepeda Motor Tidak Pernah Diciptakan, maka:
1. Ndak ada alternatif kendaraan kalo lagi buru-buru, tapi macet
2. Tukang koran nganterin Koran gw kesiangan mulu
3. Delivery pizza atau McD pesenan gw, nggak nyampe-nyampe
4. Mungkin Deddy Mizwar dan Didi Petet ndak akan main iklan bareng
5. Cinta Laura kudu cari kata lain untuk melengkapi tag linenya “Udah becyek..nggak xxx…
6. Ada ‘missing link’ antara sepeda dan mobil
7. Ndak ada film ‘CHIPS’ dan acara tv ‘Ojek Race’

Artikel ini ditulis pada tanggal 21 Januari 2009

Pelantikan Obama...who care?


Ada acara yang paling banyak ditunggu orang di Indonesia bahkan di seluruh dunia hari ini atau tepatnya nanti malam, yaitu pelantikan presiden AS, Barack Obama. Stasiun TV nasional (Indonesia), juga berlomba-lomba untuk menyiarkan momen pelantikan ini secara langsung dengan embel-embel “Eksklusif”…ha..ha.. kalau semua menyiarkan mana ada yang ekskusif…tapi terserahlah.

Yang mengherankan adalah, apakah keuntungan buat kita orang Indonesia yang tinggal di Indonesia ikut serta dalam eforia kemenangan dan suksesi di AS?, memang betul AS negara besar yang mau-tidak mau seluruh dunia akan terpengaruh. Tapi yang kita-kita lakukan saat ini tidak berlebihan? Lebay?

Paling menggelikan ada sebuah SD negeri di Jakarta yang sampai menyelenggarakan ‘acara pelantikan’ Obama di sebuah hotel mewah di Jakarta (baca: http://www.detiknews.com/read/2009/01/20/105311/1071351/10/obama-dilantik-sdn-01-menteng-juga-gelar-inaugurasi ), hanya karena Obama ‘konon’ pernah bersekolah disitu beberapa tahun…Sebuah perhelatan yang sangat absurb…sulit dimengerti motivasi yang mendasari diselenggarakannya acara ini.

Sebagai presiden negara adi daya satu-satunya di dunia saat ini, Obama sebenarnya tidak terlalu istimewa dibandingkan dengan presiden-presiden AS sebelumnya. Kebijakan luar negeri yang nantinya diambil Obama pastinya tidak akan banyak berubah dari ‘pakem’ AS, yaitu salah satunya mendukung habis-habisan Israel. Sebagai ‘kantor cabang yahudi’, AS memang harus tunduk kepada kebijakan ‘kantor pusat yahudi’ Israel, termasuk kebijakan aneksasi Israel terhadap Palestina. Contoh konkret bahwa kebijakan luar negeri AS tidak akan banyak berubah di bawah presiden Obama adalah rencana penutupan penjara Guantanamo, yang dia dengung-dengungkan sewaktu kampanye yang kemudian dia bantah sendiri.
(baca: http://www.detiknews.com/read/2009/01/12/104552/1066713/10/obama:-penutupan-kamp-guantanamo-butuh-waktu-lama ).

Jadi walaupun Obama pernah tinggal di Indonesia, sekolah di Indonesia, punya bapak tiri orang Indonesia, bukan berarti AS akan menjadi ‘teman baik’, karena bagaimanapun juga ada kepentingan yang berbeda diantara kita (Indonesia) dengan mereka (AS). Jangan sampai Indonesia menjadi ‘a***ng geladak’ untuk AS seperti halnya Australia saat ini. Sejarah negara kita jauh lebih panjang dan luhur dibandingkan dengan asal-usul dan sejarah Australia.

Tulisan ini dibuat tanggal 20 Januari 2009

Mengapa Specialist Generalist?


Itulah pertanyaan yang sering saya dapatkan dari orang-orang yang membaca 'catatan' saya di FB. Istilah Specialist Generalist (SpeGen) sendiri, bukan istilah rekaan apalagi ciptaan saya...bukan...asli bukan (percayalah hi..hi :P). Istilah ini saya dapatkan dari seorang dosen mata kuliah 'strategic leadership' saya dulu. Dan saya merasa saat ini pelan namun pasti (karena keadaan) sudah bermetamofosa menjadi seorang SpeGen.

Penjelasannya kira-kira begini, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, menjadikan orang cenderung menjadi specialist, ahli dalam suatu bidang dan saking ahlinya seorang specialist sulit melakukan pekerjaan diluar keahliannya tersebut. Sebaliknya, ada sebagian orang yang justru tidak mempunyai keahlian khusus, namun dia dapat mengerjakan berbagai jenis pekerjaan, dan hasil pekerjaannya juga tidak terlalu mengecewakan...

Untuk dapat bertahan di dunia persilatan..eh, dunia kerja saat ini, disaat persaingan sedemikian ketat, seketat celananya Freddy Mercury vokalisnya Queen, kita harus dapat menjadi seorang yang specialist sekaligus generalist, maksudnya kita specialist (pada ilmu formal kita), tapi kita juga harus dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain diluar keahlian kita tersebut, yang secara langsung ataupun tidak, sebenarnya mendukung juga keahlian kita itu. Contohnya banyak (mungkin anda saat ini juga telah melakukannya). Specialist dan Generalist bukanlah pilihan, tapi keniscayaan, keduanya bisa dipadupadankan...percayalah...percayalah.. Jadi...mulailah menjadi specialist, tanpa melupakan untuk menjadi generalist.

Yang paling penting adalah berusahalah yang terbaik yang kita bisa, ingat pepatah latin Qui ascendit sine labore, descendit sine honore, mereka yang 'naik' tanpa usaha yang keras, akan 'turun' tanpa kehormatan

Salam