Rabu, 07 Oktober 2009

Lama....tidak kesini

Sudah lamaaa sekali saya tidak menulis di sini, bukan karena malas, tapi karena kebanyakan kesibukan mencari sesuap nasi bagi keluarga :)

Rencananya blog saya ini akan saya pindahkan ke alamat yang lebih sederhana, yaitu www.specialistgeneralist.com, yang alamatnya sudah saya booked untuk 3 tahun kedepan. Tapi rencana tinggal rencana, sulit sekali saya menemukan waktu untuk "ngoprek" dan tercengok lama-lama di depan komputer.

Tapi mudah-mudahan dalam waktu dekat proses pemindahan dapat segera terlaksana. Amien.

Kamis, 09 Juli 2009

Mengapa Saya Pilih JK

Pemilu 2009 telah usai, memang hasil akhir pilpres belum diumumkan, namun sepertinya tidak akan banyak mengubah kedudukan SBY-Boediono untuk melenggang ke istana. Jagoan saya, JK-Wiranto kalah telak, bahkan di daerah yang seharusnya mengapresiasi JK lebih baik, seperti NAD.

Tokoh-tokoh Golkar kebakaran jenggot, karena baru kali pertama kali sejak partai ini berdiri (dulu awalnya Sekber), benar-benar berada 'diluar' garis pemerintahan. Sebuah posisi yang cukup menyakitkan untuk orang-orang yang selama ini bergantung pada Pemerintah.

Lepas dari menang kalah, Pemilu kali ini seharusnya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua, minimal kita dapat melihat kekurangan apa saja yang terjadi saat ini, agar tidak terulang dimasa mendatang.

Banyak teman, bahkan mertua saya sendiri heran mengapa saya memilih JK. Alasannya mudah dan mungkin terlalu naif bagi orang-orang, apalagi hasil pemilu sudah hampir pasti diketahui. Menurut saya, JK adalah tokoh yang lugas, cepat mengambil keputusan, berani mengambil resiko, namun berani 'pasang badan' apabila dia salah. JK juga pemimpin yang membumi, sehingga dibalik semua tindak tanduk dan tingkah laku beliau, tidak menyimpan cerita-cerita atau mitos. Bahasa tubuhnya sangat alamiah dan jujur. Latar belakang keluarganyapun jelas, dan yang pasti beliau religius walaupun tetap moderat dalam bersikap.

Kalau ada kelebihan tentu ada kekurangan. Sikap dan cara bicara JK yang ceplas-ceplos dengan nada tinggi untuk sebagian besar masyarakat di Indonesia, utamanya di jawa, memang sangat tidak simpatik. Berbeda dengan SBY yang sering mengangguk dan menggunakan nada rendah dalam berbicara, JK sering mengangkat dagunya apabila sedang berbicara. Semantiknya juga tidak terlalu baik, terlalu biasa untuk ukuran pemimpin pemerintahan, istilah bahasa asingnya sering tidak terucapkan secara sempurna.

Namun diluar itu semua,yang pasti saya memilih JK, karena program kerjanya lebih konkret, make sense dan membumi. Mengubah Indonesia secara drastis seperti dicetuskan pasangan Mega-Pro sangat beresiko, terutama golongan menengah seperti saya. Program kerja SBY terlalu diawang-awang, implementasinya sering lain jauh panggang dari api.

Namun begitulah, Indonesia terlah memilih, kecil kemungkinan seorang JK masih dapat mengikuti pilpres tahun 2014, semoga ditahun itu saya masih diberi umur, saya ingin Indonesia memiliki pemimpin yang merupakan gabungan antara segagah dan sewibawa SBY, sesimpel dan serasional JK, tapi harus se-concern terhadap rakyat kecil seperti Megawati.

Senin, 15 Juni 2009

Ketika Golput Menjadi Hak


Pak Fadjroel Rachman (FR), teman saya di fisbuk, seorang aktivis yang sempat mencalonkan diri sebagai presiden dari jalur independen, gencar sekali mengkampayekan golput pada pilpres 2009. Alasan detailnya saya tidak tahu, namun sepertinya karena beliau menganggap capres (dan cawapres) pada pilpres 2009 ini tidak ada satupun yang 'bersih' dari kasus HAM.

Sedikit berbeda dengan pak FR, teman baik saya, Haryo, juga seorang golput, saya menjulukinya golput sejati, karena sepengetahuan saya, beliau pada setiap pemilu selalu golput, bahkan pada pilpres tahun 2004 lalu, golput-nya Haryo ini 'menulari' saya. Keputusan golput saya saat itu (2004) akhirnya menjadi sesuatu yang saya sesali saat ini.

Pemilu legislatif 2009 lalu, menurut para pengamat, adalah pemilu terburuk dalam sejarah negeri ini. Banyak hal yang seharusnya tidak terjadi, misal dari dugaan 'keperpihakan' KPU terhadap salah satu kontestan, tabulasi nasional yang amburadul, dan lia-lain, sampai 'penghilangan' hak pilih jutaan pemilih karena kisruhnya daftar pemilih tetap (DPT) di banyak daerah.

Urusan DPT memang sangat ajaib, kebetulan saya mengalaminya sendiri. Namun saya hanya dapat berpikir, jika saya yang tinggal di Jakarta saja, yang merupakan ibukota negara, mengalami hal seperti ini, bagaimana pemilih yang tinggal jauh di pelosok sana?. Tidak tercantumnya nama kita dalam DPT, menghadirkan perasaan yang tidak karuan, karena hak kita untuk memilih seolah dirampas paksa, dan yang lebih menyedihkan dari tidak adanya hak pilih kita adalah perasaan tersisih, seperti bukan apa-apa, karena berarti negara tidak menganggap keberadaan kita, sebagai warga negara.

Oleh karena itu tidak mengherankan apabila jutaan orang yang 'kehilangan hak pilih' melakukan segala upaya untuk memperjuangkan memulihkan kembali hak pilihnya dalam pemilu, sebuah ironi apabila disisi lain, orang-orang seperti pak FR dan teman saya, Haryo, justru memilih untuk 'menghilangkan' hak pilih yang dimilikinya.

Ya...itulah demokrasi, suka tidak suka, mau tidak mau, kita sudah masuk ke dalamnya.

Kamis, 04 Juni 2009

Perpanjang STNK hanya 25 menit… betul ini di Indonesia !!


Ha..ha... ini memang bukan cerita baru, tapi karena baru kali ini saya mengalaminya sendiri, jadi ini menjadi luar biasa.

pagi tadi (04/06/09) saya bermaksud untuk memperpanjang STNK. Sebelum-sebelumnya selalu ada orang dari Auto2000 membantu saya untuk memperpanjang STNK kendaraan saya. Tapi kali ini saya ingin membuktikan sendiri cerita teman-teman saya yang mengatakan memperpanjang STNK saat ini jauh lebih baik dan yang paling penting jauh lebih cepat.

Sebelum berangkat, saya mengecek keberadaan Samsat keliling dengan menanyakannya pada TMC (Traffic Management Center) di 021-5276001, agak lama sih tidak diangkat-angkat, tapi jawaban yang diberikan cukup jelas. Setiap hari kerja dari pukul 08.00 - 13.30, POLDA Metro menyebar Samsat keliling ini di 5 (lima) wilayah DKI, jangan lupa menanyakan Samsat untuk SIM atau STNK, karena ada kalanya keduanya terpisah.

Begitu datang, ambil formulir dengan memperlihatkan BPKB Kendaraan, KTP dan STNK asli. Isi formulirnya, oh iya, sebaiknya kita bawa pena sendiri, atau kalau otak bisnis anda jalan, rasanya jualan pena di lokasi Samsat keliling sepertinya bakal cukup laku :)

Setelah mengisi formulir, serahkan kembali formulir kepada petugas, dengan menyertakan KTP, STNK asli dan copy dari BPKB, KTP dan STNK. Tunggu sebentar, nama kita dipanggil untuk mengambil invoice, bayar invoice di kasir, menunggu lagi kurang lebih 10 menit untuk dipanggil mengambil STNK baru. Begitu mudah dan cepat. Total waktu dari isi formulir sampai dengan terima STNK baru, hanya 25 menit!!!. Tanpa calo tanpa biaya tambahan.

Rasanya cara seperti ini harus segera dicontoh oleh PEMDA, terutama dalam pengurusan perpanjangan KTP.

Hidup Samsat !!!!

Jumat, 29 Mei 2009

Editorial Media Indonesia di MetroTV: Obrolan Warung Kopi Orang Pake Jas


Pernahkah anda menyaksikan atau bahkan ikutan dalam sebuah acara di Metro TV yang bernama Editorial Media Indonesia? itu loh acara yang ditayangkan setiap pagi ini, membahas tema dari editorial sebuah harian yang memang satu group dengan Metro TV yaitu Harian Media Indonesia.

Acara ini dipandu oleh penyiar Metro TV dengan menghadirkan seorang 'narasumber' anggota redaksi Media Indonesia, yang keduanya berjas lengkap. Acara ini selalu ditayangkan secara live dan mengundang pemirsa untuk ikut serta secara interaktif dalam 'obrolan' baik hanya lewat sms maupun menelpon langsung.

'Obrolan' ketiga pihak ini sangat heboh, bahkan sering terjadi perdebatan diantara mereka (penyiar, penelpon - pemirsa- dan sang 'narasumber'), karena masing-masing mempertahankan pendapatnya, menurut pikiran dan logika masing-masing tentunya, dan karena mereka bukan pelaku ataupun terkait dengan topik yang sedang dibahas, sehingga perdebatan diantara mereka lebih tepat disebut debat kusir karena tidak pernah ada ujungnya. Obrolannya lebih mirip obrolan warung kopi bukan obrolan di sebuah TV nasional, apalagi masing-masing pihak merasa paling jago...

Usul aja, apa tidak sebaiknya acara ini diubah formatnya? jangan di studio tapi di sebuah warung kopi (bener-bener warung..bukan cafe), sehingga yang menjadi 'narasumber' maupun pembawa acrapun tidak perlu pake jas segala...namanya juga ngomong ngalor-ngidul, pantesnya ya di warung..mantabs

Selasa, 19 Mei 2009

Sertifikasi Perusahaan (Konstruksi) Ekonomi Biaya Tinggi?


Setelah sekian lama tidak terlibat dalam bidang konstruksi secara langsung, saya sangat terkejut dengan begitu berlikunya proses mendapatkan SIUJK (Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi) untuk perusahaan konstruksi yang baru dibuat oleh holding company tempat saya bekerja.

SIUJK nilainya setara dengan TDP pada perusahaan non-konstruksi, yang memungkinkan sebuah perusahaan konstruksi mengikuti tender baik proyek Pemerintah maupun swasta yang tentu saja disesuaikan dengan grade dari perusahaan. Sebelum mendapatkan SIUJK, perusahaan diwajibkan memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang dikeluarkan oleh asosiasi perusahaan (konstruksi) dimana perusahaan bergabung menjadi anggotanya.


Selain perusahaannya, penanggung jawab perusahaan diharuskan memiliki SKT (Sertifikat Ketrampilan Teknik) atau SKA (Sertifikat Keahlian). SKT/SKA ini sebelum ada LPJKN (Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional), sering disebut sebagai SIPB (Surat Izin Perencana Bangunan) untuk konsultan. Proses sertifikasinya mirip dengan sertifikasi perusahaan, yaitu orang yang bersangkutan diwajibkan bergabung dengan salah satu asosiasi profesi sesuai dengan kebutuhan seperti menjadi perencana (konsultan), pelaksana (kontraktor) atau pengawas (manajemen konstruksi - MK). Setelah itu barulah dilakukan assesment sesuai dengan pengalaman, untuk nantinya dikatagorikan sebagai ahli muda, ahli madya atau ahli utama.

Demi kemajuan bangsa dan industri jasa konstruksi nasional, saya setuju dengan sertifikasi seperti ini, yang perlu kita cermati adalah jangan sampai biaya-biaya yang sudah dikeluarkan untuk sertifikasi (yang tidak dapat dikatakan murah ini), akhirnya akan menjadi beban dan menciptakan ekonomi biaya tinggi bagi perusahaan-perusahaan. Apalagi kemudian menjadi 'bancak-an' bagi oknum-oknum yang berwenang untuk mengeluarkan sertifikat tersebut.

Kamis, 14 Mei 2009

Rusunami: Sebuah Catatan Dari Perspektif Pengembang


Proyek Rusunami atau Rumah Susun Sederhana Milik merupakan bagian dari program 1000 menara yang telah dicanangkan oleh Pemerintah untuk ‘menarik’ kembali orang untuk kembali ke kota (back to city).

Program ini dicanangkan oleh Pemerintah dengan maksud agar penduduk kota Jakarta berpenghasilan menengah bawah yang selama ini sulit untuk memiliki rumah di dalam kota Jakarta agar dapat memiliki tempat tinggal layak di dalam kota. Tujuan akhir dari program ini setidaknya untuk mengurangi ‘penglaju’, yaitu orang-orang yang tinggal di daerah di sekitar Jakarta, namun setiap hari bekerja di Jakarta. Dengan mengurangi jumlah ‘penglaju’ berarti juga mengurangi kemacetan dan polusi serta pemborosan energi.

Proyek yang seharusnya menjadi proyek nasional, dan mendapat dukungan penuh dari Pemerintah, ternyata dilaksanakan tanpa adanya koordinasi yang baik antara Pemerintah pusat dengan Pemda DKI. Masalah IMB yang seharusnya dapat diselesaikan oleh antar instansi, malah berlarut-larut yang pada akhirnya merugikan konsumen. Hingga saat ini ada 6 (enam) proyek rusunami disegel dan terancam dibongkar oleh Pemda DKI.

Harus diakui, Pemda DKI memang berwenang untuk menyegel bangunan yang dibangun tanpa IMB, namun karena rusunami adalah proyek nasional bahkan disponsori sendiri oleh Kementrian Perumahan Rakyat RI, dapat dikatakan bahwa tindakkan Pemda DKI ini sedikit berlebihan.

Masalah lain selain perizinan adalah penetapan harga jual unit rusunami yang ditetapkan sebesar 144jt rupiah untuk luas unit minimum 36 m2 sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) No.22 Tahun 2006, padahal pengembanglah yang harus melakukan pembebasan lahan, pengolahan lahan, perizinan dan lainnya. Design rusunami yang dibangun lebih dari 5 lantai menyebabkan, rusunami secara struktur bangunan tidak berbeda dengan bangunan sejenis yang dibangun untuk perkantoran ataupun apartemen mewah yaitu pondasi tiang pancang dan sebagainya. Belum lagi utilitas yang diperlukan seperti elevator (lift) dan smoke/heat detector, sprinkler (pemadam api otomatis) dan juga hydrant pemadam kebakaran.

Idealnya, seperti halnya program rumah susun yang sudah ada sebelumnya, rusunami, dibangun pada lahan milik Pemerintah, termasuk design bangunan dan juga penyelesaian perizinan yang diperlukan seperti SIPPT dan IMB, sehingga harga jual maksimal 144jt rupiah untuk luas unit minimal 36m2 dapat tercapai tanpa mengurangi kualitas bangunan.

Terakhir, Pemerintah sebaiknya tidak menghapuskan PPN untuk rusunami, namun Pemerintah cukup mensubsidi PPN rusunami, karena dengan penghapusan PPN, berarti pengembang tidak dapat me-reimbust PPN yang telah mereka bayarkan untuk membeli material dan lain-lain.