Selasa, 31 Maret 2009

Sesuatu yang sudah terlambat ... (Curhat part 2 - habis)


Ada sesuatu hal tentang diri saya yang baru saya sadari baru-baru ini. Dan yang saya sesali adalah, mengapa hal ini baru saya sadari setelah saya selama 15 tahun menekuni sebuah bidang.

Hal yang menjadi pemicunya adalah liputan khusus di sebuah majalah berita mingguan yang saya menjadi ‘santapan’ saya setiap hari Senin. Pada edisi tersebut liputan khusus membahas mengenai peran seorang pahlawan nasional Indonesia, Sutan Syahrir. Bukan sosok seorang Sutan Syahrir yang ‘menyadarkan’ saya, tapi liputan itu secara keseluruhan. Sedemikian detailnya liputan tersebut, membuat saya seolah terbawa dalam 'perjalanan hidup' salah seorang nation founder, yang saat ini seakan-akan terlupakan. Ini mirip kisah Tan Malaka,yang pernah juga dimuat sebagai liputan khusus oleh majalah ini beberapa bulan sebelumnya.

Liputan khusus mengenai Sutan Syahrir tersebut telah membuka mata saya, bahwa apapun yang terjadi saat ini merupakan rangkaian dari kejadian masa lalu. Sejarah dapat direkayasa (oleh siapapun), namun bagaimanapun juga waktulah yang akan membuktikannya.

Ya, saya menyadari bahwa saya sangat menyukai sejarah. Walaupun pada saat masih dibangku sekolah dulu justru saya sama sekali menyukainya. Bagi saya selain tidak menarik, (pelajaran) sejarah, adalah membosankan, baik materinya sendiri maupun pengantarnya (guru). Dogma yang mendekam dalam benak saya adalah "Untuk apa belajar masa lalu, kita hidup dimasa kini untuk masa depan".

Saya baru menyadari bahwa kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dari sebuah kejadian dimasa lalu, dan yang lebih menakjubkan adalah, sejarah akan selalu berulang dan berulang. Waktu berjalan tidak linier yang lurus, maju ke depan, tapi waktu adalah sebuah osilasi. Kejadian masa mendatang adalah sebagai akibat kejadian sebelumnya, dan itu merupakan sebuah periode berulang. Cara inilah yang umumnya digunakan oleh para analis pasar modal untuk melakukan prediksi.

Walaupun sebuah periode berulang, saya tidak boleh menampikkan pendapat Nassim Nicholas Taleb, yang mengatakan dalam bukunya The Black Swan, tentang selalu adanya ‘sesuatu’, yang dapat membuat suatu kejadian sesungguhnya, justru menjadi bertentangan atau berbeda sama sekali dengan prediksi yang sebelumnya telah dibuat.

Seandainya waktu dapat diputar kembali ke masa lalu, saya ingin menekuni bidang sejarah saja. Tapi bila itu benar terjadi, yang pasti adalah, saya tidak akan pernah membuat tulisan ini.

Jumat, 27 Maret 2009

Lieur…(Curhat part One)


Ada kesibukan baru yang memburu saya minggu-minggu ini, tidak ada kaitannya sama sekali dengan pekerjaan saya saat ini, tapi terus terang, ini benar-benar menguras tenaga dan pikiran saya.

Kesibukan itu adalah mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah ditulis oleh pak HWW*) dari tahun 1997-2000-an, seorang ekonom terkenal tanah air yang sangat saya hormati, yang komentarnya terkadang terlalu ‘nyeleneh’ untuk ukuran ‘unggah-ungguh’ orang timur, sehingga banyak media dari dulu (apalagi sekarang) enggan memuat tulisan-tulisan beliau, walaupun sebenarnya banyak orang (termasuk ahli-ahli ekonomi sendiri), yang mengamini pendapat-pendapat beliau.

Ini semua berawal dari obrolan ‘ndak’ penting antara saya dengan beliau di suatu siang. Pada kesempatan itu saya sempat menanyakan, apakah beliau berniat untuk membukukan tulisan-tulisan beliau yang selama ini ‘berserakan’ dimana-mana (terutama tulisan-tulisan beliau yang beliau tulis berkaitan dengan krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998 lalu) menjadi sebuah buku. Waktu itu saya sampaikan kepada beliau, apabila tulisan-tulisan beliau waktu itu, masih relevan dengan krisis global yang saat ini sedang kita alami saat ini. Apabila misal tidak dapat menjadi solusipun ya minimal tulisan-tulisan beliau dapat digunakan untuk kontemplasi bagi pelaku dan praktisi seperti saya sendiri.

Awalnya beliau menanggapi dingin pertanyaan saya tersebut, karena menurut beliau, tidak akan ada pihak atau penerbit yang berani untuk menerbitkan tulisan-tulisannya. Tulisan-tulisan beliau seperti telah saya sampaikan sebelumnya, memang terlalu lugas (mungkin juga naif), sehingga beliau khawatir akan menyinggung banyak orang-orang (baca: pejabat atau mantan pejabat) yang tersebut dalam tulisan-tulisan tersebut.

Beberapa minggu kemudian, tanpa disangka-sangka, saya mendapat SMS dari beliau, yang intinya meminta saya untuk membantu mengumpulkan tulisan-tulisan beliau dari internet, karena sebagian besar tulisan-tulisan beliau yang ditulis antara tahun 1997-2005 hilang pada tahun 2005, pada saat beliau kehilangan notebooknya di Kairo, Mesir.

Beberapa minggu setelah SMS pertama itu, saya menerima SMS lagi dari beliau, isinya meminta kepada saya untuk 'membukukan' tulisan-tulisan beliau tersebut, paling lambat pada saat ulang tahun beliau bulan Juli mendatang. Saya sendiri sih santai membaca SMS ini, karena saya mengartikan kata ‘membukukan’ itu adalah membuat tulisan-tulisan tersebut menjadi sebuah buku, hal yang tidak terlalu banyak masalah untuk saya, karena itu berarti setelah saya mengumpulkan tulisan-tulisan, memilih-pilih, mengedit sedikit-sedikit, membuat kata pengantar & daftar isi, mencari photo dan gambar sebagai ilustrasi, mendesign layout & cover, membaca kembali dan merevisi sana sini sedikit, maka selesailah, kemudian cetak, terakhir menjilid.

Namun istri saya tercinta - yang selama ini selalu membantu saya secara moril - mempunyai persepsi lain terhadap kata ‘membukukan’. Menurutnya ‘membukukan’ itu artinya menerbitkan…” Halah pusing...lieur, terbayang dalam pikiran saya, saya harus menenteng-nenteng map berisi bendel tulisan-tulisan tersebut - seperti orang jaman dulu cari kerja - mendatangi kantor penerbit satu persatu, bicara ke editornya, kemudian…dst...dst terus demikian berulang-ulang, sampai saya menemukan penerbit yang berkenan (?)…wueh iya kalau ada yang akhirnya mau, kalau tidak ada yang mau, bagaimana?

Menerbitkan sendiri?, usul yang baik tapi jelas tidak mungkin saya lakukan. Keterbatasan sumber daya dan danalah yang menjadi kendala utama. pokoknya Lieur pisan…

*) pak HWW, maaf, sementara saya buat inisial saja :)

To be continued

Senin, 23 Maret 2009

Ada Apa Dengan Jombang (AADJ) ?


Jombang, sebuah kota kabupaten di bagian tengah propinsi Jawa Timur, sebelumya lebih dikenal sebagai kota santri. Hal ini karena disini banyak sekali ditemui pondok pesantren. Beberapa tokoh nasional dilahirkan di kota kecil ini, seperti mantan presiden KH Abdurrahman Wahit (Gus Dur), pahlawan nasional Alm. Wahid Hasyim, tokoh Islam Alm. Nurcholis Madjid (Cak Nur), adik Gus Dur Sholahuddin Wahid (Gus Sholah), Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, ketua KADIN MS Hidayat, budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dan juga Abu Bakar Ba’asyir.

Nama Jombang sendiri, konon berasal dari kata “Ijo” yang berarti hijau, dan “Abang” yang berarti merah. Hal ini sesuai dengan kebiasaan orang Indonesia pada umumnya yang menyukai symbol-simbol warna. Warna hijau merupakan symbol dari kaum santri, sedangan warna merah merupakan simbolisasi dari kaum abangan atau nasionalis. Jadi secara harfiah, Jombang merupakan tempat menyatunya kaum santri dan abangan.


Selain terkenal karena memiliki tokoh-tokoh yang disegani dan dihormati dibidangnya masing-masing, dari dulu, Jombang juga tidak pernah absen menjadi pusat perhatian nasional. Dari kisah pembunuhan sadis satu keluarga TNI oleh Sumiarsih, kisah Ryan ‘Sang Penjagal dari Jombang’ yang menghabisi dan memutilasi 11 orang korbannya, kemudian munculnya kasus video mesum siswa/i sekolah menengah atas, kasus guru SMP yang menghajar muridnya gara-gara masalah sepele, sampai kisah dukun cilik Ponari. Terkait Pemilu 2009, Jombang pun tak kalah, disinilah muncul spanduk “Gus Dur Dihianati” (maksudnya oleh Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar) yang menghebohkan itu. Setelah ini ada apa lagi dari Jombang?

Apa sebenarnya yang membuat Jombang sedemikian ‘eksisnya’ sehingga seolah tidak ada habisnya dalam membuat berita? AADJ??

Rabu, 18 Maret 2009

Buat Apa Sembako Murah?


Sembako selalu menjadi topik paling sering disinggung-singgung dalam kampanye partai peserta Pemilu. Baik kampanye di Pemilu 2004 yang lalu, maupun pada Pemilu 2009 ini. Salah satu partai besar dalam Pemilu 2009 bahkan mendengung-dengungkan kalimat “Memperjuangkan Sembako Murah” sebagai salah satu program kerjanya.

Apa Sih Sembako Itu?
Orang sering menyebut kata sembako, yang merupakan akronim dari sembilan bahan pokok, namun lebih sering lagi, orang tidak tahu apa sebenarnya yang termasuk dalam sembako itu. Sembako menurut Keputusan Menteri Perdagangan No.115/MPP/Kep/2/1998, tanggal 27 Februari 1998 adalah, beras, gula pasir, minyak goreng (dan margarin), daging sapi (dan ayam), telur ayam, susu, jagung, minyak tanah dan garam beryodium.

Apabila mengacu kepada keputusan menteri tersebut, seharusnya sembako adalah akronim dari Sebelas mBahan Pokok he..he.. :)

Kembali ke topik. Jadi manakah yang dimaksud dengan sembako murah oleh partai besar tersebut? Seluruhnya atau hanya sebagian atau hanya salah satunya? Yang jelas saat ini hanya garam beryodium saja yang harganya murah.

Sembako Murah Bukan Jaminan
Harga sembako yang mahal absolutely menyengsarakan rakyat, tapi apakah harga sembako yang murah kemudian akan menyejahterakan rakyat? Jawabannya belum tentu. Ini bukan sebuah keniscayaan. Belum pernah ada teori apapun yang menyatakan, dengan semakin murahnya sembako maka kesejahteraan rakyat akan meningkat. Apakah di negara yang tingkat kesejahteraannya tinggi, harga sembako (baca: kebutuhan pokok)nya murah?

Apa artinya harga sembako murah tapi selalu ‘hilang’ dari pasaran?. Yang diperlukan bukanlah harga sembako murah, tapi harga sembako yang terjangkau (sesuai kemampuan tentunya) dan jaminan ketersediaannya di pasaran. Berapapun mahalnya (ini relatif juga) harga sembako bukan masalah, sepanjang selalu tersedia dan rakyat mampu untuk membelinya.

Buat apa sembako murah?

Rabu, 11 Maret 2009

Seandainya Supersemar bukan tanggal 11 Maret


Hari ini kita memperingati ‘hari jadi’ Orde Baru (Orba) yang dulu waktu jaman saya masih sekolah disebut hari Super Semar (Surat Perintah Sebelas Maret). Mengapa disebut ‘hari jadi’ Orba? Karena pada tanggal tersebut, tahun 1966, Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno, memberi instruksi kepada Letnan Jendral Soeharto, selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang sangat buruk pada saat itu. Inilah hari cikal bakalnya orba. Lepas dari kontroversi mengenai benar tidaknya alur sejarah pada saat itu, ada satu hal yang perlu kita cermati, yaitu akronim Supersemar sendiri.

Pak Harto memang paling jago dalam memberi nama, termasuk membuat akronim. Supersemar. Supersemar sendiri dapat diartikan Semar yang super. Semar adalah salah satu tokoh dari punakawan yang paling sakti. Jadi kira-kira dapat dimengerti khan mengapa pak Harto memberi nama demikian?

Tapi apakah pernah terbayang, kira-kira nama apa yang akan diberikan apabila nama surat perintah yang dikeluarkan oleh Soekarno itu, tidak dikeluarkan tanggal 11 Maret? Akronimnya seperti apa?. Berikut kemungkinan-kemungkinannya.

2 Januari – SuperDuri
Ini pasti peristiwa yang sangat menyakitkan, minimal ada yang tertusuk

3 Januari – SuperTiri
Pantasnya nama ini dialamatkan kepada Cinderella, sang Upik abu

1 Maret – SuperSamar
Pasti ini peristiwa yang sama sekali tidak jelas apa

7 Maret – SuperTuma
Super kutu...siapa mau?

Andaikan surat itu keluar dua hari lebih lambat...
9 Maret – SuperSeret

Atau sehari lebih lambat...
10 Maret – SuperLumer

3 Juli – SuperGali
Kalau yang ini tidak dapat dimengerti maksudnya apa

3 Agustus – SuperGagu
Kalau yang ini pantesnya buat orang sakit gigi...puasa ngomong

7 Juli – SuperTuli
Sangat jauh dari keren

8 Juli – SuperPanjul
Apalagi yang ini...

1 Agustus – SuperSagu
Pasti sagu ini rasanya paling eunaaaak

4 Oktober – SuperPatok
Ini pasti ada hubungannya dengan bapia, ayam atau minimal unggaslah

7 Desember – SuperJudes
Yang seperti ini cuma ada di sinetron

Jadi kalau peristiwa itu jatuh pada tanggal Sebelas Maret, ini suatu kebetulan atau memang disengaja? :)

Selasa, 10 Maret 2009

Kambing Jantan: Mengundang Senyum, Belum Tawa


Film Indonesia nampaknya sudah benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kejayaan film-film Indonesia yang sukses dibuat berdasarkan novel seperti pada tahun 70-an da 80-an, sepertinya mulai kembali saat ini. Setelah Ayat-ayat Cinta, Cinta Bertasbih dan lainnya, kini giliran “KambingJantan”. Film KambingJantan (KJ) bukan cerita fabel, walaupun disini ada kambing dan kerbau (kebo). KJ merupakan sebuah film yang diadaptasi dari salah satu blog terlaris di jagat maya tanah air, konon blog ini di kunjungi lebih dari 4000 kali setiap harinya, yang bernama sama (kambingjantan.com) dan juga sudah dibukukan, yang ditulis oleh Raditya Dika Nasution. Inilah film Indonesia pertama yang dibuat berdasarkan blog. Kesuksesan blog dan buku tersebutlah yang tentunya juga diinginkan dari film ini.

Film ini menceritakan pengalaman keseharian dari penulisnya, terutama hubungan cinta jarak jauh antara Dika (diperankan sendiri oleh penulisnya Raditya Dika) yang tidak tahu bagaimana asal muasalnya kemudian dipanggil teman-temannya dengan Kambing, dengan kekasihnya yang memiliki panggilan ‘sayang’ Kebo (Herfiza Novianti), yang terpaksa dilakukan, karena Dika ‘harus mengikuti’ kemauan ibunya untuk berkuliah finance di Adelaide, Australia selepas SMA. Romantika hubungan jarak jauh dengan pacarnya termasuk kehabisan uang saku akibat hubungan jarak jauh tersebut dan ketidaktertarikannya dalam mengikuti kuliah di Australia adalah inti cerita dari film ini.

Sebagai film dengan genre komedi, kelucuan dalam film ini dibangun melalui dialog-dialog lucu diantara para pemainya.lumayan cukup berhasil, walaupun terkadang kurang dapat diterima akal sehat, sepert kejadian ketika sang ayah (Pong Hardjatmo) yang membawa sang ibu untuk melahirkan di sebuah praktek dokter hewan (?), berlebihan apabila ini sampai benar-benar terjadi dalam dunia nyata (ingat, film ini berdasarkan kejadian nyata sang penulis). Dialog-dialog lucu antar pemain merupakan kekuatan film ini, jadi jangan harap ada komedi slapstick seperti yang biasanya dilakukan dalam film komedi Indonesia. Disamping sebagai kekuatan, dialog-dialog dalam film ini jugalah yang membuat film ini menjadi sedikit menjemukan.

Selebihnya, adegan-adegan dalam KJ merupakan potongan-potongan cerita yang masing-masing dapat berdiri sendiri. Adegan-agedan mengenai penjelasan istilah LDR (Long Distance Relationship) yang dibuat panjang lebar, menjadi tidak bermakna apa-apa, karena dalam adegan-adegan selanjutnya, istilah LDR sendiri bahkan tidak pernah disebut-sebut lagi. Ada beberapa adegan yang cukup menganggu, seperti adegan perkuliahan di dalam kelas yang mirip dengan kelas di sebuah play group, dimana para mahasiswa duduk mengelilingi sebuah meja besar, dengan satu orang dosen perempuan bergaya tentara yang mengajar finance dan juga robotic?, atau tidak ada penjelasan, mengapa Dika yang saat itu baru saja menerima pembayaran royalti bukunya yang menjadi best seller, tidak dapat memenuhi permintaan Kebo untuk pulang ke Indonesia sebagai kado ulang tahunnya, padahal di adegan sebelumnya, Dika yang saat itu sedang kesulitan keuangan yang berat di Australia karena orang tuanya hanya memberi uang untuk membayar kuliah dan apartemen saja, justru gampang sekali memutuskan untuk pulang menemui Kebo, hanya untuk menjelaskan kepada Kebo mengenai hubungannya dengan Ine (Sarah Shafitri),

Selain Dika, Kebo dan Ine, tokoh-tokoh lain dalam film ini hanyalah tempelan belaka. Hubungan yang unik antara Dika dengan adik-adiknya terutama Edgar, adik bungsunya (diperankan sendiri oleh Edgar), yang selama ini menjadi kekuatan KJ baik di blog maupun di bukunya, sama sekali tidak terakomodasi dalam film ini. Hal yang patut menjadi catatan dari film ini hanyalah penampilan Edric ‘Extravaganza’ Tjandra yang cukup meyakinkan sebagai Hariyanto, mahasiswa asal Kediri (Jawa Timur) yang menjadi teman dekat Dika di Adelaide.

Lepas dari berhasil atau tidaknya film ini menandingi kesuksesan blog dan bukunya, nampaknya film KJ akan segera membangkitkan sineas-sineas Indonesia lain mencari blog-blog untuk difilmkan, dan untuk itu, Rudi Soedjarwo, sebagai sutradara KJ, nampaknya telah menyiapkan ‘jembatan’ di akhir film, yang memungkinkan KJ dibuat sekuelnya dimasa mendatang. Terakhir, sebagai hiburan, KJ cukup layak untuk ditonton, walaupun sebagai film komedi, KJ baru pada taraf mengundang (banyak) senyum, belum tawa.

Kapan Kebodohan Ini Akan Berakhir?


Di saat harga minyak mentah dunia berkisar USD35 per barrel, tanggal 18 Februari 2009, Pemerintah melalui Menko Ekuin, mengaku telah kembali mensubsidi premium sebesar Rp.696 per liter mulai 17 Februari 2009 lalu
(http://www.detikfinance.com/read/2009/02/19/161748/1087513/4/premium-kembali-disubsidi-rp-696-per-liter). Alasannya yang dikemukakan adalah karena adanya kenaikan MOPS (Mid Oil Platts Singapore). Pemerintah menggunakan MOPS sebagai salah satu komponen untuk menghitung harga jual BBM kepada masyarakat. MOPS sendiri adalah penilaian produk untuk trading minyak yang dibuat oleh Platts (www.platts.com), anak perusahaan McGraw Hill, yang digunakan sebagai harga lelang di Singapura. Di dalam MOPS sendiri sudah termasuk harga produksi, margin keuntungan produsen dan pajak yang dikenakan kepada produsen. Pemerintah mulai menggunakan MOPS untuk menghitung harga jual premium ditandai dengan terbitnya Perpres No.55 Tahun 2005 hingga saat ini.

Sejak tahun 2006, setiap tahun Pemerintah melakukan tender terbuka pengadaan BBM bersubsidi (PSO = Public Service Obligation), dan sejak saat itu hingga sat ini, Pertamina selalu memenangkan tender tersebut. Pemenang tender PSO adalah penawar terendah dari nilai “alpha” dari formulasi Harga Jual = MOPS + “alpha” (%). Alpha sendiri adalah besaran yang mencakup biaya transpotasi, biaya tanki timbun dan retail fee di dalam negeri.

Jadi begitu MOPS naik, maka otomatis harga jual BBM bersubsidi (PKS - Premium, Kero/minyak tanah dan Solar - PKS) sebelum disubsidi akan ikut terkerek naik. Untuk mencegah gejolak harga naik pada PSO, maka, Pemerintahlah yang ‘menutup’ selisih harga antara harga penetapan dengan formulasi harga jual, inilah yang dimaksud dengan subsidi.

Mengapa MOPS?
Penilaian harga MOPS oleh Platts dilakukan untuk kepentingan perusahaan minyak maupun investor di bursa keuangan, yaitu antara lain long term contracts, spot sales, perencanaan ekonomi terhadap jenis minyak yang dimiliki perusahaan minyak, dan swap contract. Penilaian harga MOPS berdasarkan transaksi yang terjadi di sistem window Platts. Di mana seller dan buyer memasukkan volume untuk jenis minyak yang sesuai spesifikasi Platts dan harga bid/offer.

Penggunaan MOPS menimbulkan beberapa masalah. Pertama, dengan menggunakan MOPS, seolah-olah semua BBM diimpor dari Singapura, padahal kenyataannya sebagian besar BBM merupakan hasil pengolahan di kilang-kilang dalam negeri, yang tentunya memiliki struktur biaya yang lebih rendah. Kedua, untuk minyak tanah dan solar, walaupun biaya produksinya lebih rendah dibandingkan Premium, namun harga Internationalnya lebih tinggi, karena minyak tanah dan solar dikenakan pajak yang lebih besar. Ketiga, MOPS sangat tergantung pada pelaku pasar, akan selalu terjadi kenaikan harga apabila Pertamina berniat melakukan pembelian minyak untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, karena para supplier Pertamina yang akan sangat aktif dalam melakukan bidding untuk menaikkan harga transaksi. Patokan harga keekonomian BBM yang berdasarkan penilaian harga MOPS akan membuat ‘oknum’ tertentu bekerja sama untuk berperan aktif dalam menaikkan penilaian harga MOPS.

Transaksi minyak yang terjadi di sistem window Platts yang sangatlah kecil (transaksi yang terjadi di Platts hanya sekitar 5 transaksi per hari) menjadikan MOPS yang tidak liquid sehingga akan membuat pembentukan harga yang diinginkan oknum tertentu dapat saja terjadi. Bagi perusahaan minyak penilaian harga MOPS hanya dijadikan patokan harga saja. Kebanyakan perusahaan minyak melakukan transaksi over the counter. Transaksi-transaksi seperti ini tidak tercatat di sistem window Platts.

Metode Lain
Selain MOPS, ada lembaga lain yang melakukan penilaian harga untuk trading produk minyak, dengan metode yang berbeda, yaitu Argus Media (www.argusmediagroup.com). Berbeda dengan penilaian harga MOPS, yang didasarkan pada transaksi yang terjadi di sistem window Platts, dimana seller dan buyer memasukkan volume untuk jenis minyak yang sesuai spesifikasi Platts dan harga bid/offer, maka Argus Media menggunakan metode survei, testing, dan analisis untuk menentukan penilaian harga minyak. Sehingga kemungkinan adanya upaya spekulasi untuk menaikkan harga seperti pada MOPS akan lebih sulit terjadi pada metode ini. Namun kenyataannya Pemerintah/Pertamina lebih memilih menggunakan MOPS dibandingkan Argus Media.

Pengaruhnya Terhadap SPBU
Penggunaan MOPS sebagai pedoman penentuan harga BBM oleh Pemerintah, menyebabkan harga BBM menjadi berfluktuasi mengikuti harga pasar. Pada saat harga naik, Pemerintah akan berupaya untuk memberikan subsidi terhadap PSO, namun semikian Pemerintah juga memiliki batas toleransi berapa besar subsidi yang dapat diberikan, agar tidak terlalu membebani APBN. Namun kembali lagi bahwa BBM bukanlah semata-mata masalah ekonomi, lebih merupakan sebuah komoditas politis. Dan pertimbangan politis seperti kita tahu bersama jauh lebih dominan dibandingkan dengan pertimbangan teknis maupun ekonomis.

Kelangkaan Premium sebagai salah satu BBM bersubsidi baru-baru ini, merupakan salah satu dampak dari penggunaan MOPS ini. Pada saat harga turun, SPBU akan menahan diri untuk menjual BBM bersubsidi, atau bahkan menunda untuk membeli BBM bersubsidi. Hal ini karena dengan menggunakan formulasi Harga Jual = MOPS + "Alpha" (%), potensi kerugian SPBU lebih besar saat harga turun. Hal ini disebabkan oleh mekanisme pembelian BBM Pertamina oleh SPBU dilakukan secara tunai. Untuk mengurangi potensi kerugian, pada saat harga BBM turun, SPBU mengurangi DO (Delivery Order) ke Pertamina. Akhirnya masyarakat mengalami kelangkaan BBM. Upaya Pemerintah untuk mengatasi ‘kegundahan’ pengusaha SPBU ini adalah dengan menjanjikan untuk menanggung selisih harga yang telah dibayarkan SPBU kepada Pertamina, sebuah upaya yang tentunya relatif sulit untuk dipraktekan di lapangan.

Kembali Ke Cara Lama
Dalam rangka usaha mengatasi masalah kelangkaan Premium, pengamat energi Kurtubi, mengusulkan Pemerintah menggunakan kembali cara lama, yaitu menggunakan formulasi Harga Jual = Biaya pokok + Fee, yang sudah terbukti selama 40 tahun tidak pernah menimbulkan masalah dalam distribusi BBM bersubsidi.

Formulasi lama juga dapat membuat SPBU akan dipacu untuk menjual BBM sebanyak mungkin. Sebab mereka akan mendapatkan fee sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah. Pengubahan formulasi penghitungan dari MOPS ke metode lama dapat lakukan sesegera mungkin, karena untuk mengubah sistem tersebut tidak perlu melakukan amandemen UU Migas tahun 2003.

Kuncinya Adalah Pemerintah
Keengganan Pemerintah untuk memperbaiki masalah tata niaga BBM ini, menjadi indikasi kuatnya peran mafia migas di dalam Pemerintah. Walaupun begitu, menurut Iman Sugema, masih ada cara untuk menstabilkan harga BBM bersubsidi, yaitu dengan konsep keseimbangan fiskal. Melalui konsep ini keseimbangan fiskal (defisit atau surplus yang direncanakan) diupayakan tidak terganggu baik ketika harga minyak naik ataupun turun. Artinya setiap satu rupiah penambahan atau pengurangan subsidi harus dikompensasi dengan jumlah yang sama dari sisi penerimaan minyak. Contoh yang paling sederhana adalah kalau kita ingin menetapkan harga BBM sama dengan harga pokok pengadaan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengambil seluruh bagian PPN dan pajak bahan bakar untuk dialokasikan bagi subsidi.Tentu hal ini berarti pemerintah hanya mensubsidi pajak saja. Artinya, secara ekonomi pemerintah tidak memberikan subsidi sama sekali.

Jadi sampai kapan kebodohan ini akan berakhir?

Disclaimer. Penulis tidak di-endorse maupun meng-endorse organisasi masyarakat ataupun partai politik manapun. Tulisan ini semata-mata hanyalah opini pribadi.

Artikel ini ditulis pada tanggal 25 Februari 2009

Ada BUMN dibalik Kick Andy

Walaupun tidak terlalu sering menonton televisi, namun saya selalu menantikan kesempatan untuk dapat menyaksikan Kick Andy (KA) di Metro TV yang dipandu oleh Andy F. Noya. Acara ini layak untuk ditunggu-tunggu penayangannya karena menurut saya, acara ini agak berbeda dibandingkan acara-acara yang ada di stasiun-stasiun TV saat ini, walaupun ide acaranya tidak orisinal, karena mirip sekali dengan acara TV Oprah Winfrey (suka bagi-bagi hadiah kepada pemirsa di studio..ha..ha), namun setidaknya saya merasa terhibur tanpa merasa dibodohi ataupun digurui, dan yang lebih penting lagi, acara ini netral, tidak memihak, menginspirasi juga menambah wawasan dan sudut pandang saya mengenai banyak hal.


Sebagai tontonan bermutu, sepertinya juga pengelola KA tidak terlalu repot untuk mencari pemasang iklan (sponsor), apalagi acara ini ditayangkan pada jam jam utama (prime time) yang biasanya berjubel oleh iklan. Daya magis acara ini juga akhirnya ‘menarik’ dua perusahaan BUMN untuk turut serta menjadi sponsor (utama), hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan keduanya. Karena baik Pertamina maupun PLN tidak perlu melakukan promosi above the line seperti ini.

Untuk Pertamina yang (katanya) sedang mengubah citranya di masyarakat, below the line menurut saya adalah cara yang lebih tepat dan efektif, karena semua orang (Indonesia) sudah mengetahui produk-produk Pertamina, dan produk-produk tersebut bukanlah produk yang dibeli oleh konsumen secara impulsif. Citra adalah sesuatu yang abstrak yang tidak dapat diubah seketika tanpa bukti konkret. Alih-alih mengubah citra, konon kabarnya malah iklan Pertamina di KA pada episode 19 dan 26 Desember 2008, telah menjadi salah satu pemicu terjadinya ‘suksesi’ di BUMN tersebut. Ha..ha.. Allahualam.

Untuk PLN yang notabene perusahaan monopoli yang terus merugi dan masih disubsidi bahkan sampai dengan 40 Triliun per tahun (!!!), jelas memasang iklan di TV bahkan menjadi sponsor tayangan prime time sebagai hal yang absurb dan hanya menghambur-hamburkan uang saja. Biaya-biaya iklan tersebut sebaiknya digunakan untuk keperluan yang lebih bermanfaat bagi konsumen secara langsung, seperti meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk pengelola KA, mungkin juga ada baiknya mulai selektif memilih iklan. Mungkin dapat dimulai dengan mempertimbangkan kembali iklan-iklan yang kiranya dapat merugikan citra dan netralitas KA sendiri, seperti iklan caleg/capres/partai politik atau iklan rokok, atau iklan-iklan dari BUMN merugi yang jelas-jelas hanya membuang-buang uang rakyat saja.

Disclaimer. Penulis tidak di-endorse maupun meng-endorse organisasi masyarakat ataupun partai politik manapun. Tulisan ini semata-mata hanyalah opini pribadi.

Artikel ini ditulis pada tanggal 10 Februari 2009

Penjara Guantanamo ditutup? JANGAN KECELE !!

Baru tiga hari menjabat sebagai presiden AS, Barack Obama memerintahkan untuk menutup penjara Guantanamo (http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/01/090122_guantanamoclosure.shtml). Sebuah berita yang tentunya ‘menggembirakan’ bagi Obamania, dan juga orang-orang yang menaruh harapan besar kepada Obama, untuk melakukan perubahan di Amerika. Langkah awal perubahan sudah dikumandangkan…apa benar? Mari kita melihat lebih luas, maksudnya jangan terlalu sempit dan cepat menilai kebijakan Obama ini sebagai langkah baik.



Penjara Guantanamo adalah kompleks penjara militer di bawah Joint Task Force Guantanamo (JTF-GTMO) dan menempati sebagian dari pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Teluk Guantanamo, Kuba. Penjara ini digunakan oleh AS sebagai penjara bagi orang-orang yang dianggap oleh AS sebagai anggota Al-Qaeda dan atau Taliban, tanpa melalui pengadilan.

Guantanamo sendiri terletak di Kuba, salah satu negara yang anti-AS di Amerika Latin. Mengherankan? Bagaimana mungkin sebuah negara yang sangat anti-AS, tapi ‘membiarkan’ wilayahnya dipergunakan oleh AS? Jawabnya adalah sejarah. Sejarah inilah yang membuat pemimpin Kuba, Fidel Castro, tidak mampu untuk melawannya.

Kuba merupakan koloni Spanyol sebelum mendapatkan kemerdekaannya 20 Mei 1902, setelah berakhirnya perang Spanyol-AS pada tahun 1898. Namun kemerdekaan Kuba tersebut ‘dibatasi’ adanya Amandemen Platt, yang memberikan kewenangan yang besar kepada AS untuk ‘mengatur’ urusan-urusan Kuba, termasuk ‘memaksa’ Kuba menyewakan teluk Guantanamo kepada AS sebagai pangkalan militer sejak tahun 1903 sebesar USD 4.000 per tahun !!!. Pada tahun 1934, Amandemen Platt dicabut oleh Kuba, namun Kuba tidak kuasa untuk ‘mengusir’ AS dari sana karena AS selalu berdalih mereka (AS) menyewa secara sah dan dilindungi oleh hokum International. Namun Fidel Castro selalu berupaya terus untuk mengusir AS dari Guantanamo. Sejak tahun 2002, AS ‘mengubah’ pangkalan militer dengan 9500 serdadu ini, menjadi penjara militer, yang sangat keji, bahkan setanpun tak mampu membuat tempat penyiksaan sesadis dan sekeji ini (http://www.detiknews.com/read/2009/01/23/074924/1073155/10/guantanamo,-bahkan-setan-pun-tak-sanggup-membuatnya).

Jadi kalau tiba-tiba Obama, memerintahkan untuk menutup penjara Guantanamo, jangan senang dulu. Memang benar Guantanamo sebagai penjara militer akan ditutup, karena memang akan dikembalikan kepada Kuba. Sedangkan para tahanannya dan penjara militernya sendiri, akan dipindahkan ke tempat lain yang ‘lebih aman’, di ‘wilayah AS sendiri” seperti di Irak (Mosul) atau di Australia (Bradshaw – Northern Territory atau Yanpi Sound – Kimberley Coast).

Nah, pada kecele khan???

Disclaimer. Penulis tidak di-endorse maupun meng-endorse organisasi masyarakat ataupun partai politik manapun. Tulisan ini semata-mata hanyalah opini pribadi.

Artikel ini ditulis pada tanggal 27 Januari 2009

Jumat, 06 Maret 2009

Golput = Babi???


Siapa yang direpotkan oleh fatwa Golput itu haram oleh MUI? Yang pasti bukan hanya pelaku Golput saja, tapi juga (diantaranya) departemen agama dan guru agama Islam di sekolah-sekolah. Pelaku Golput jelas saja repot (walaupun banyak juga yang masa bodoh) karena berarti keputusan untuk tidak memberikan suara di Pemilu mendatang, akan menambah panjang daftar ‘dosa’nya di dunia.


Departemen agama repot karena harus segera memasukan Golput sebagai hal yang diharamkan kedalam buku-buku pelajaran agama (Islam). Guru-guru agama Islam (dan juga para orang tua), juga repot karena harus menjelaskan kepada murid-muridnya, mengapa Golput itu (sekarang) haram (dulu kok ndak?), apakah Golput sama dengan babi? Ada hubungan apa antara Golput dengan babi? Dan sebagainya .. ha..ha..

Pro dan kontra adalah hal yang biasa, akan tetapi, sebaiknya kita kaum muslim bersikap hati-hati dalam menentukan sikap dan pendapat. Kemuliaan dan keagungan hanya dapat diraih dengan tetap konsisten dengan Al-Quran dan sunnah.

Sabda Rasulullah saw,”Sebenar-benar pembicaraan adalah Kitabullah (Al-Quran), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw. Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan, dan setiap perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan; dan setiap kesesatan akan ditempatkan di dalam neraka.”[HR. Bukhari dan Muslim]

Disclaimer. Penulis tidak di-endorse maupun meng-endorse organisasi masyarakat atau partai politik manapun. Tulisan ini semata-mata hanyalah opini pribadi.

Artikel ini ditulis pada tanggal 27 Januari 2009

Sumpah Presiden AS diulang: Kalau itu terjadi di Indonesia??


Presiden AS Barack H. Obama terpaksa mengulang sumpah presiden-nya tanggal 21 Januari 2009 di Gedung Putih, karena pada upacara pelantikan tanggal 20 Januari 2009, ketua Mahkamah Agung (MA) AS, John Glover Roberts, Jr. yang bertindak sebagai pengambil sumpah, salah ucap. (http://www.detiknews.com/read/2009/01/22/083042/1072552/10/obama-disumpah-lagi).

Lepas dari kodratnya sebagai manusia yang tidak luput dari salah, sebenarnya ‘kesalahan’ John Glover Roberts, Jr, tidak dapat ditorelir, mengingat acara tersebut sangat penting dan menjadi perhatian hampir semua orang di muka dunia. Apalagi Roberts juga belum terlalu tua untuk dikategorikan pelupa.

John Glover Roberts, Jr. saat ini berumur 54 tahun, masih jauh jauh jauh lebih muda dibandingkan koleganya di Indonesia. Bagir Manan (ketua MA 2001-2008) berumur 60 tahun (kelahiran 6 Oktober 1961) pada saat terpilih pertama kali menjadi ketua MA. Ketua MA yang sekarang, Harifin A. Tumpa lebih uzur lagi, hampir 67 tahun (kelahiran 23 Februari 1942).

Dari sini kira-kira dapat dibayangkan, apabila ketua MA AS yang notabene masih terbilang muda saja bisa ‘terpeleset’ kata dalam pelantikan presiden, bagaimana dengan ketua MA kita, mungkin bukan ‘terpeleset’ lagi, tapi sudah ‘terjengkang’.

Tapi beruntung bagi ketua MA kita, karena sumpah presiden RI dilakukan dengan teks, (http://www.detiknews.com/read/2009/01/22/121050/1072688/10/beda-sumpah-presiden-as-dengan-presiden-ri), jadi ‘kesalahan’ yang sama seperti pelantikan presiden AS, sepertinya kecil kemungkinannya dapat terjadi di sini. Uihhh…legaaaaa dech

artikel ini ditulis pada tanggal 19 Januari 2009

Seandainya Sepeda Motor Tidak Pernah Diciptakan...


Seandainya Sepeda Motor Tidak Pernah Diciptakan, maka :
1. Pas berhenti lampu merah, ndak perlu khawatir mobil tergores karena pada nyender
2. Pas mau belok kiri cukup nyalain lampu sen, trus ngelirik spion (ndak perlu nengok belakang)
3. Tidak ada yang berani jalan melawan arus di jalan
4. Tidak ada yang muter di sembarangan tempat
5. Tidak perlu khawatir spion kita ketabrak tapi cuma bilang sori
6. Tidak perlu khawatir ada yang nyerobot traffic light
7. Tidak akan ada genk motor yang norak itu
8. Jembatan penyebrangan hanya untuk orang jalan kaki
9. Underpass ndak akan macet, terutama kalo hujan
10. Sophan Sopiaan tidak meninggal karena ‘kecelakaan’ di Sragen
11. Tidak ada konvoi ‘jaket kulit item’ di tol, yang bikin bete
12. Cuma ada SIM A dan SIM B
13. Jumlah kecelakaan lalu lintas bisa ditekan jadi 70% dari sekarang

Tapi kalau bener-bener Sepeda Motor Tidak Pernah Diciptakan, maka:
1. Ndak ada alternatif kendaraan kalo lagi buru-buru, tapi macet
2. Tukang koran nganterin Koran gw kesiangan mulu
3. Delivery pizza atau McD pesenan gw, nggak nyampe-nyampe
4. Mungkin Deddy Mizwar dan Didi Petet ndak akan main iklan bareng
5. Cinta Laura kudu cari kata lain untuk melengkapi tag linenya “Udah becyek..nggak xxx…
6. Ada ‘missing link’ antara sepeda dan mobil
7. Ndak ada film ‘CHIPS’ dan acara tv ‘Ojek Race’

Artikel ini ditulis pada tanggal 21 Januari 2009

Pelantikan Obama...who care?


Ada acara yang paling banyak ditunggu orang di Indonesia bahkan di seluruh dunia hari ini atau tepatnya nanti malam, yaitu pelantikan presiden AS, Barack Obama. Stasiun TV nasional (Indonesia), juga berlomba-lomba untuk menyiarkan momen pelantikan ini secara langsung dengan embel-embel “Eksklusif”…ha..ha.. kalau semua menyiarkan mana ada yang ekskusif…tapi terserahlah.

Yang mengherankan adalah, apakah keuntungan buat kita orang Indonesia yang tinggal di Indonesia ikut serta dalam eforia kemenangan dan suksesi di AS?, memang betul AS negara besar yang mau-tidak mau seluruh dunia akan terpengaruh. Tapi yang kita-kita lakukan saat ini tidak berlebihan? Lebay?

Paling menggelikan ada sebuah SD negeri di Jakarta yang sampai menyelenggarakan ‘acara pelantikan’ Obama di sebuah hotel mewah di Jakarta (baca: http://www.detiknews.com/read/2009/01/20/105311/1071351/10/obama-dilantik-sdn-01-menteng-juga-gelar-inaugurasi ), hanya karena Obama ‘konon’ pernah bersekolah disitu beberapa tahun…Sebuah perhelatan yang sangat absurb…sulit dimengerti motivasi yang mendasari diselenggarakannya acara ini.

Sebagai presiden negara adi daya satu-satunya di dunia saat ini, Obama sebenarnya tidak terlalu istimewa dibandingkan dengan presiden-presiden AS sebelumnya. Kebijakan luar negeri yang nantinya diambil Obama pastinya tidak akan banyak berubah dari ‘pakem’ AS, yaitu salah satunya mendukung habis-habisan Israel. Sebagai ‘kantor cabang yahudi’, AS memang harus tunduk kepada kebijakan ‘kantor pusat yahudi’ Israel, termasuk kebijakan aneksasi Israel terhadap Palestina. Contoh konkret bahwa kebijakan luar negeri AS tidak akan banyak berubah di bawah presiden Obama adalah rencana penutupan penjara Guantanamo, yang dia dengung-dengungkan sewaktu kampanye yang kemudian dia bantah sendiri.
(baca: http://www.detiknews.com/read/2009/01/12/104552/1066713/10/obama:-penutupan-kamp-guantanamo-butuh-waktu-lama ).

Jadi walaupun Obama pernah tinggal di Indonesia, sekolah di Indonesia, punya bapak tiri orang Indonesia, bukan berarti AS akan menjadi ‘teman baik’, karena bagaimanapun juga ada kepentingan yang berbeda diantara kita (Indonesia) dengan mereka (AS). Jangan sampai Indonesia menjadi ‘a***ng geladak’ untuk AS seperti halnya Australia saat ini. Sejarah negara kita jauh lebih panjang dan luhur dibandingkan dengan asal-usul dan sejarah Australia.

Tulisan ini dibuat tanggal 20 Januari 2009

Mengapa Specialist Generalist?


Itulah pertanyaan yang sering saya dapatkan dari orang-orang yang membaca 'catatan' saya di FB. Istilah Specialist Generalist (SpeGen) sendiri, bukan istilah rekaan apalagi ciptaan saya...bukan...asli bukan (percayalah hi..hi :P). Istilah ini saya dapatkan dari seorang dosen mata kuliah 'strategic leadership' saya dulu. Dan saya merasa saat ini pelan namun pasti (karena keadaan) sudah bermetamofosa menjadi seorang SpeGen.

Penjelasannya kira-kira begini, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, menjadikan orang cenderung menjadi specialist, ahli dalam suatu bidang dan saking ahlinya seorang specialist sulit melakukan pekerjaan diluar keahliannya tersebut. Sebaliknya, ada sebagian orang yang justru tidak mempunyai keahlian khusus, namun dia dapat mengerjakan berbagai jenis pekerjaan, dan hasil pekerjaannya juga tidak terlalu mengecewakan...

Untuk dapat bertahan di dunia persilatan..eh, dunia kerja saat ini, disaat persaingan sedemikian ketat, seketat celananya Freddy Mercury vokalisnya Queen, kita harus dapat menjadi seorang yang specialist sekaligus generalist, maksudnya kita specialist (pada ilmu formal kita), tapi kita juga harus dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain diluar keahlian kita tersebut, yang secara langsung ataupun tidak, sebenarnya mendukung juga keahlian kita itu. Contohnya banyak (mungkin anda saat ini juga telah melakukannya). Specialist dan Generalist bukanlah pilihan, tapi keniscayaan, keduanya bisa dipadupadankan...percayalah...percayalah.. Jadi...mulailah menjadi specialist, tanpa melupakan untuk menjadi generalist.

Yang paling penting adalah berusahalah yang terbaik yang kita bisa, ingat pepatah latin Qui ascendit sine labore, descendit sine honore, mereka yang 'naik' tanpa usaha yang keras, akan 'turun' tanpa kehormatan

Salam