Selasa, 10 Maret 2009

Ada BUMN dibalik Kick Andy

Walaupun tidak terlalu sering menonton televisi, namun saya selalu menantikan kesempatan untuk dapat menyaksikan Kick Andy (KA) di Metro TV yang dipandu oleh Andy F. Noya. Acara ini layak untuk ditunggu-tunggu penayangannya karena menurut saya, acara ini agak berbeda dibandingkan acara-acara yang ada di stasiun-stasiun TV saat ini, walaupun ide acaranya tidak orisinal, karena mirip sekali dengan acara TV Oprah Winfrey (suka bagi-bagi hadiah kepada pemirsa di studio..ha..ha), namun setidaknya saya merasa terhibur tanpa merasa dibodohi ataupun digurui, dan yang lebih penting lagi, acara ini netral, tidak memihak, menginspirasi juga menambah wawasan dan sudut pandang saya mengenai banyak hal.


Sebagai tontonan bermutu, sepertinya juga pengelola KA tidak terlalu repot untuk mencari pemasang iklan (sponsor), apalagi acara ini ditayangkan pada jam jam utama (prime time) yang biasanya berjubel oleh iklan. Daya magis acara ini juga akhirnya ‘menarik’ dua perusahaan BUMN untuk turut serta menjadi sponsor (utama), hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan keduanya. Karena baik Pertamina maupun PLN tidak perlu melakukan promosi above the line seperti ini.

Untuk Pertamina yang (katanya) sedang mengubah citranya di masyarakat, below the line menurut saya adalah cara yang lebih tepat dan efektif, karena semua orang (Indonesia) sudah mengetahui produk-produk Pertamina, dan produk-produk tersebut bukanlah produk yang dibeli oleh konsumen secara impulsif. Citra adalah sesuatu yang abstrak yang tidak dapat diubah seketika tanpa bukti konkret. Alih-alih mengubah citra, konon kabarnya malah iklan Pertamina di KA pada episode 19 dan 26 Desember 2008, telah menjadi salah satu pemicu terjadinya ‘suksesi’ di BUMN tersebut. Ha..ha.. Allahualam.

Untuk PLN yang notabene perusahaan monopoli yang terus merugi dan masih disubsidi bahkan sampai dengan 40 Triliun per tahun (!!!), jelas memasang iklan di TV bahkan menjadi sponsor tayangan prime time sebagai hal yang absurb dan hanya menghambur-hamburkan uang saja. Biaya-biaya iklan tersebut sebaiknya digunakan untuk keperluan yang lebih bermanfaat bagi konsumen secara langsung, seperti meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk pengelola KA, mungkin juga ada baiknya mulai selektif memilih iklan. Mungkin dapat dimulai dengan mempertimbangkan kembali iklan-iklan yang kiranya dapat merugikan citra dan netralitas KA sendiri, seperti iklan caleg/capres/partai politik atau iklan rokok, atau iklan-iklan dari BUMN merugi yang jelas-jelas hanya membuang-buang uang rakyat saja.

Disclaimer. Penulis tidak di-endorse maupun meng-endorse organisasi masyarakat ataupun partai politik manapun. Tulisan ini semata-mata hanyalah opini pribadi.

Artikel ini ditulis pada tanggal 10 Februari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda