Selasa, 31 Maret 2009

Sesuatu yang sudah terlambat ... (Curhat part 2 - habis)


Ada sesuatu hal tentang diri saya yang baru saya sadari baru-baru ini. Dan yang saya sesali adalah, mengapa hal ini baru saya sadari setelah saya selama 15 tahun menekuni sebuah bidang.

Hal yang menjadi pemicunya adalah liputan khusus di sebuah majalah berita mingguan yang saya menjadi ‘santapan’ saya setiap hari Senin. Pada edisi tersebut liputan khusus membahas mengenai peran seorang pahlawan nasional Indonesia, Sutan Syahrir. Bukan sosok seorang Sutan Syahrir yang ‘menyadarkan’ saya, tapi liputan itu secara keseluruhan. Sedemikian detailnya liputan tersebut, membuat saya seolah terbawa dalam 'perjalanan hidup' salah seorang nation founder, yang saat ini seakan-akan terlupakan. Ini mirip kisah Tan Malaka,yang pernah juga dimuat sebagai liputan khusus oleh majalah ini beberapa bulan sebelumnya.

Liputan khusus mengenai Sutan Syahrir tersebut telah membuka mata saya, bahwa apapun yang terjadi saat ini merupakan rangkaian dari kejadian masa lalu. Sejarah dapat direkayasa (oleh siapapun), namun bagaimanapun juga waktulah yang akan membuktikannya.

Ya, saya menyadari bahwa saya sangat menyukai sejarah. Walaupun pada saat masih dibangku sekolah dulu justru saya sama sekali menyukainya. Bagi saya selain tidak menarik, (pelajaran) sejarah, adalah membosankan, baik materinya sendiri maupun pengantarnya (guru). Dogma yang mendekam dalam benak saya adalah "Untuk apa belajar masa lalu, kita hidup dimasa kini untuk masa depan".

Saya baru menyadari bahwa kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga dari sebuah kejadian dimasa lalu, dan yang lebih menakjubkan adalah, sejarah akan selalu berulang dan berulang. Waktu berjalan tidak linier yang lurus, maju ke depan, tapi waktu adalah sebuah osilasi. Kejadian masa mendatang adalah sebagai akibat kejadian sebelumnya, dan itu merupakan sebuah periode berulang. Cara inilah yang umumnya digunakan oleh para analis pasar modal untuk melakukan prediksi.

Walaupun sebuah periode berulang, saya tidak boleh menampikkan pendapat Nassim Nicholas Taleb, yang mengatakan dalam bukunya The Black Swan, tentang selalu adanya ‘sesuatu’, yang dapat membuat suatu kejadian sesungguhnya, justru menjadi bertentangan atau berbeda sama sekali dengan prediksi yang sebelumnya telah dibuat.

Seandainya waktu dapat diputar kembali ke masa lalu, saya ingin menekuni bidang sejarah saja. Tapi bila itu benar terjadi, yang pasti adalah, saya tidak akan pernah membuat tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda