Jumat, 06 Maret 2009

Mengapa Specialist Generalist?


Itulah pertanyaan yang sering saya dapatkan dari orang-orang yang membaca 'catatan' saya di FB. Istilah Specialist Generalist (SpeGen) sendiri, bukan istilah rekaan apalagi ciptaan saya...bukan...asli bukan (percayalah hi..hi :P). Istilah ini saya dapatkan dari seorang dosen mata kuliah 'strategic leadership' saya dulu. Dan saya merasa saat ini pelan namun pasti (karena keadaan) sudah bermetamofosa menjadi seorang SpeGen.

Penjelasannya kira-kira begini, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, menjadikan orang cenderung menjadi specialist, ahli dalam suatu bidang dan saking ahlinya seorang specialist sulit melakukan pekerjaan diluar keahliannya tersebut. Sebaliknya, ada sebagian orang yang justru tidak mempunyai keahlian khusus, namun dia dapat mengerjakan berbagai jenis pekerjaan, dan hasil pekerjaannya juga tidak terlalu mengecewakan...

Untuk dapat bertahan di dunia persilatan..eh, dunia kerja saat ini, disaat persaingan sedemikian ketat, seketat celananya Freddy Mercury vokalisnya Queen, kita harus dapat menjadi seorang yang specialist sekaligus generalist, maksudnya kita specialist (pada ilmu formal kita), tapi kita juga harus dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain diluar keahlian kita tersebut, yang secara langsung ataupun tidak, sebenarnya mendukung juga keahlian kita itu. Contohnya banyak (mungkin anda saat ini juga telah melakukannya). Specialist dan Generalist bukanlah pilihan, tapi keniscayaan, keduanya bisa dipadupadankan...percayalah...percayalah.. Jadi...mulailah menjadi specialist, tanpa melupakan untuk menjadi generalist.

Yang paling penting adalah berusahalah yang terbaik yang kita bisa, ingat pepatah latin Qui ascendit sine labore, descendit sine honore, mereka yang 'naik' tanpa usaha yang keras, akan 'turun' tanpa kehormatan

Salam

6 komentar:

  1. Wis pak...
    Mau ambil pekerjaan orang lain saja... cari pembenar..hahahaha

    BalasHapus
  2. Pendidikan di negara kita sebenarnya mendidik siswa menjadi Generalist. Tengok saja jumlah mata pelajaran yang begitu banyak.Bandingkan dengan di negara Eropa atau Amerika, cuma sedikit, yang berarti telah menjuruskan anak didik pada specialist. AgY di Crb.

    BalasHapus
  3. @AgY di Crb.
    Tidak ada yang salah dengan mata pelajaran yang banyak pak, sepanjang itu semua bermanfaat. Amerika & Eropa memang saat ini lebih maju dari kita, tapi bukan berarti kita harus terus 'melihat' ke sana, mungkin teori 'Black Swan' dapat menjadi pertimbangan. Salam. :)

    BalasHapus
  4. @Haryo
    Kalo di marketing itu istilahnya spreading market...he..he..

    BalasHapus
  5. Kalo teori Black coat lain lagi kan ...kalo Specialist juga sebagai Generalist, sama aja seperti kata Darwin " Struggle for live-survival of the fittest " kasihan yang cuma bisa jadi Generalirt aja..he..he ..Salam kembnali Agy di Crb

    BalasHapus
  6. @AgY di Crb Yth
    Kalo ada waktu coba baca "The Black Swan"-nya Nassim Nicholas Taleb, versi Bhs Indonesia nya juga sudah ada, terbitan Gramedia :)

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar anda